Enam.Tiga

614 78 1
                                    

"Kak Nata, dipanggil sama mami tuh..!!" Suara Hassel itu meski tak pakai pengeras suara, tapi bisa mengalahkan bunyi klakson bis kota yang besar itu.

Nata yang sedang serius memperhatikan layar laptopnya, buru-buru bangkit untuk menemui Sandra.

"Ihh, Kak Nata buka websitenya sekolah SMK Ellite Rovario ya?"

"Hassel jangan gitu dong..!" Kata Nata sambil mematikan laptopnya dengan paksa.

"Emang beneran Kak Nata mau sekolah lagi disana?"

Nata angkat bahu. "Entahlah."

Langkahnya terhenti saat matanya melihat dua sosok pria yang sedang berbincang dengan Sandra, di salah satu meja pengunjung.

"Nata, sini..!" Sandra melambaikan tangan padanya.

Langkah Nata terasa amat berat. Terlebih ia akan bertemu kembali dengan kedua orang itu.

"Hai, Nat!"

Nata mengulas senyum tipis. "Kinno.." Ujarnya sambil menjawab uluran tangan pemuda itu.

Hassel menarik kursi dan duduk dengan Inu. "Om Inu, katanya mau beliin es krim buat ucapan terima kasih waktu itu?"

"Astaga, Hassel!!" Sandra memekik.

Hassel memiringkan bibirnya. Meledek maminya. "Tidak usah didengar ya ibu-ibu itu. Suka pengganggu urusan orang lain soalnya.."

"HASSELL...!!"

Wajah Sandra berbinar-binar. Dengan kedatangan serombongan teman-teman bermain anaknya itu, maka artinya Hassel akan pergi dari hadapannya dengan sendirinya.

"Kalian tunggu ya, soalnya aku lagi rapat penting dulu.."

Sandra memutar bola matanya. "Hassel! Mereka itu kan datang jauh-jauh karena undanganmu!"

Hassel menepuk-nepuk sambil melambaikan tangan. "Pelayan cepat kesini!!"

"Ya Tuhan, anak ini...!"

"Iya, Mas Hassel.."

"Tolong ya layani teman-temanku itu. Berikan mereka kursi terbaik dan hidangan terlezat. Pokoknya semua nanti aku yang bayar pakai kartu kredit baruku.."

Sandra makin gerah sekaligus dongkol melihat sikap anaknya itu. Apalagi saat ini ada orang lain di hadapannya.

"Kita boleh makan cake sepuasnya kan?!" Tanya seorang temannya.

"Ya. Cepatlah kalian duduk dan jangan ganggu rapat pentingku. Oke!?"

"YEEEYY, KITA MAKAN SEPUASNYA..!!"

"Aku mau tiramisu sama blackforest ya!"

"Aku mau redvelvet dong, mas..!!"

"Ihhh, kan aku duluan tahu...!!"

Hassel tertawa sambil menggeleng. "Begitulah teman-temanku. Mereka itu seperti tidak pernah main ke mall saja."

"Hassel, untung saja gak ada bon cabe di dekat Mami. Kalo enggak, udah Mami jejelin ke mulut kamu..!"

"Tante.."

Sandra menoleh pada Nata. "Oh iya, maaf. Tante jadi lupa." Sandra menepuk dahi. Dia mendekatkan kursinya pada Nata. "Jadi begini, Kinno ini kan keponakkannya Pak Inu. Dan dia lagi mencari pekerjaan. Nah, Tante kepikiran untuk --"

"Jadwal kerja disini itu sangat padat." Hassel memotong. "Semua yang bekerja disini adalah orang-orang yang giat dan bertanggung jawab. Jadi, tidak ada yang pemalas."

"Hassel, bisa kau tolong diam sebentar?"

"Tapi main time zone ya, kak?"

Nata mengangguk. Ia mengeluarkan kartu debitnya dari dalam buku agendanya. "Ajak teman-temanmu juga. Dan harus adil. Ingat itu."

"Oke deh, Kak Nata!" Sahut Hassel riang. Dan ia pun langsung meluncur pergi seorang diri.

"Hassel, teman-temanmu..!" Nata setengah berteriak.

Hassel pun menoleh. "Aku mau lihat-lihat hape baru di erafone dulu, Kak! Nanti aku balik lagi deh.."

"HASSEL!! AWAS KALAU KAU BELI LAGI HAPE BARU! MAMI JADIIN TUMIS HAPE DAN NANTI MAMI JEJELIN KE MULUT KAU, YA!!"

Sandra mengedarkan pandangannya. Wajahnya pun seketika memerah padam. "Hohoho -- maaf. Saya suka emosi dengan kelakuannya." Dia kembali duduk dengan perasaan malu tentunya. "Jadi gimana, Nata? Tante rasa Kinno ini adalah orang yang sangat bisa diandalkan."

Nata terdiam. Ia cuma bisa memperhatikan bergantian antara amplop coklat bertali dan orang yang duduk di hadapannya.

"Aku tahu SMK Ellite Rovario adalah sekolah yang sangat bagus. Dan tidak sembarangan orang bisa bersekolah disana.." Nata terdiam sejenak. "Terus terang aja, aku gak bisa memberikanmu gaji yang besar."

"Tidak apa-apa. Keponakkan saya ini tidak mencari upah yang besar. Benar kan, Kinno?" Inu menoleh pada Kinno. Lalu kembali pada Nata.

"Aku cuma mencari pengalaman aja kok.."

Nata sebenarnya ragu dengan sosok itu, dan juga keputusan yang akan diambilnya. Sebelum ia bisa melihat, ia sudah diberitahu sama Hassel, kalau Kinno itu adalah orang kaya. Mobilnya bagus, penampilannya pun tidak seperti penampilan orang miskin. Bahkan sangat modis dan kekinian.

Dan kini, setelah ia bisa melihat -- ia pun membuktikkan dengan mata kepalanya sendiri.

"Nata, Tante itu kan tidak bisa terus menemanimu." Sandra meraih tangan Nata. "Dan begitu juga dengan Hassel. Dia itu kan harus sekolah.."

"Aku bisa melakukan apa aja kok." Kinno memotong. "Aku bisa menyetir dan mengantarkanmu kemana aja. Aku bisa membuat pembukuan. Aku bisa belanja. Aku bisa ---"

"Kau bisa mulai besok." Nata menghentikan kalimat Kinno.

"Hhah? Apa?" Kinno seperti tak percaya.

"Kau bisa mulai besok." Nata mengulangnya. "Datanglah ke rumahku tepat jam 8 pagi."

"Baik! Aku akan datang tepat waktu..!" Balas Kinno antusias.

Nata pun bangkit dari kursinya. Dan sebelum ia pergi meninggalkan ketiga orang itu, ia sempat mengatakan sesuatu. Sesuatu yang membuat Kinno dan Inu harus berfikir keras dan menduga-duga.

"Karena aku harus bergerak cepat, sebelum dia datang kembali untuk menjemputku.."

#####

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang