"Sheila..."
Yang dipanggil pun menoleh dengan senyum terindah yang dimilikinya. Sesosok wanita paruh baya menghampirinya dengan langkah pelan dan tenang sekali.
"Anak-anak, bisa tinggalkan Ibu dengan Sheila sebentar saja?" Ucap wanita itu pada beberapa anak perempuan lain yang sedang merapihkan tempat tidurnya masing-masing.
Sheila meletakkan tas ranselnya. Lalu ia pun duduk di sebelah wanita itu dengan segala perasaan hormatnya.
"Bagaimana kabar sekolahmu?"
"Dua atau tiga minggu lagi, sekolah itu sudah ditutup, Bu." Jawab Sheila pelan. "Atau mungkin, bisa saja lebih cepat. Entahlah."
"Semalam, Ibu, bapak, dan para donatur sudah memutuskan bahwa akan memindahkanmu di SMA Negeri 99 Jakarta."
"Tapi, Bu -- aku ingin kursus saja. Aku tidak ingin lebih banyak merepotkan ibu dan yang lainnya."
Wanita itu meraih tangan Sheila. "Sheila, dari semua anak panti disini, hanya kau seorang yang paling bisa Ibu andalkan. Dan Ibu akan berusaha semampu Ibu, agar kau bisa lulus sampai universitas nanti."
Sheila tertunduk. Ia bukannya tidak mau dengan usulan ibu panti. Hanya saja, ia merasa tidak enak dengan teman-temannya yang lain. Ia takut kalau teman-temannya yang lain akan merasa iri dengannya.
"Jika kau sudah menyelesaikan semuanya, cepat beritahu Ibu. Supaya kita bisa langsung ke SMA negeri itu."
Sheila cuma mengangguk. Pikirannya berkecamuk. Bisa sekolah di sekolah kejuruan, adalah karena semata-mata ia ingin bisa mendapat pekerjaan dengan mudah.
Tapi ternyata..., sekolahnya itu akan ditutup untuk selamanya, dalam waktu dekat.
"Sheila.."
Sheila menegakkan kepalanya. Dilihatnya seluruh teman-temannya itu sudah berkerumun di dekatnya.
"Kau tidak usah memikirkan kami." Kata seorang anak perempuan dengan jilbab berwarna merah mudanya itu.
"Benar, Sheila. Asalkan, jika nanti kau sudah sukses, jangan lupakan kami disini ya.."Timpal anak lainnya.
"Kau pasti bisa sukses, Sheila. Kami semua disini, akan selalu berdoa dan mendukungmu. Benar kan teman-teman?"
"Iya, Sheila."
Tanpa sadar air mata Sheila mulai jatuh bergulir. "Teman-teman..."
Wuzzzz...
Angin dingin berhembus dengan cukup kencang. Membanting daun pintu dan jendela di ruangan itu.
"Teman-teman..." Ucap Sheila lirih. Wajahnya menjadi pucat seketika, saat melihat seluruh teman-temannya itu yang berubah diam bagai patung. "Kalian kenapa?!!"
"Mereka tidak apa-apa, Sheila.."
Mata Sheila membelalak saat melihat sesosok nenek tua yang berjalan dengan tongkatnya itu, perlahan datang mendekat padanya.
"Apa kabarmu, cucuku?"
"Nenek ---- siapa?" Sheila menelan ludah. Ia agak cemas dan takut dengan sosok nenek tua itu.
Meooowww...!!
Bola mata Sheila bergerak pada kedua kucing persia yang kini melompat ke atas kasurnya itu.
Kucing-kucing berbulu lebat dan indah itu, langsung duduk dengan santainya. Memandangi Sheila dengan bola mata kebiruannya yang berkilauan.
"Sheila..." Si nenek tua itu meraih tangan Sheila. Memegangnya dengan erat sekali. "Sebenarnya ia itu lebih rapuh dari ranting tua yang telah jatuh ke tanah. Sekali saja kau atau teman-temanmu menyakitinya, maka kalian tidak akan pernah bisa bertemu lagi dengannya.."
Mata Sheila membelalak. Kini ia melihat sebuah peristiwa yang sama sekali belum pernah terjadi di dalam kehidupannya.
"Sepertinya ini adalah pertemuan kita yang terakhir..."
"Nenek..."
Si nenek tua mengetukkan dua kali tongkatnya ke lantai. Lalu ia menengadah dengan senyumannya yang teduh.
"Jagalah ia sebaik mungkin. Dan sampaikan pada yang lainnya, bahwa tidak akan ada lagi pertemuan setelahnya..."
"Nenek, tunggu...!"
Si nenek terus saja berjalan menjauh dengan kedua kucingnya itu.
"Nenek...!!"
"Selamat tinggal, Sheila. Semoga kau bisa menikmati hari-harimu yang indah dan menyenangkan.."
Sheila cuma mengerjap sekali. Namun nenek tua itu sudah hilang seluruhnya dari pandangannya.
"Tadi ada yang merasa aneh gak sih? Kok tiba-tiba udara jadi dingin banget ya?"
"Iya, sama. Aku juga."
"Sheila, apa kau merasakannya juga?"
"Sheila..?"
"Sheila kamu kenapa...?!"
#####
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing
Mystery / ThrillerApa kalian pernah merasakan bagaimana rasanya terkurung di dalam rumah sendiri selama 10 tahun lamanya? Tanpa pernah melihat matahari, langit biru, gumpalan awan, rintik hujan, kilatan petir, dan tanah yang berlumpur... Tapi tunggulah ketika ia sud...