Tiga.Lima

739 92 3
                                    

"Apa ini, Fa?" Tanya Tita dengan raut wajah bingung saat menerima selembar kertas dari temannya itu.

"Kertas ini adalah jadwal perlombaan memasak yang akan kita ikuti selanjutnya.."

Sontak saja kelima temannya melongok dengan tatapan tak percaya. Bukankah baru kemarin lusa mereka mengikuti sebuah lomba memasak, dan sekarang mereka harus kembali dihadapkan pada serentetan jadwal perlombaan memasak yang sudah disusun sedemikian rupa oleh Dafa.

"Dafa, tapi yang selanjutnya ini --- Bali?" Eka menoleh pada keempat sahabatnya.

"Kok jauh banget ya.." Ucap Sheila pelan.

"Kalian tenang aja. Karena aku sudah punya sponsor tetap untuk membiayai kita semua kesana.." Kata Dafa dengan mimik wajahnya yang aneh.

"Siapa, Fa?"Tanya Eka.

"Nenek Stevie dong.."

Rupanya Dafa memang tak pernah main-main dengan semua perkataannya. Ketika ia mengatakan bahwa ia akan menjadikan SMK Ellite Rovario, sebagai sekolah kejuruan terbaik di negeri ini, maka secara perlahan dia berusaha mewujudkan.

Keesokkan siang, Dafa dan kedelapan temannya, diiringi dengan Inu dan Bu Fatma, terbang menuju pulau dewata. Dengan semua biaya, mulai dari transportasi menuju bandara, uang saku, sampai penginapan pun, semuanya disediakan oleh Stevie Wallerima.

Dan pada perlombaan yang mengusung tema oriental, dan digelar di salah satu hotel berbintang lima inilah, sekali lagi Dafa bisa mempecundangi Kinno dan bahkan siswa-siswa dari sekolah kejuruan internasional yang ada di pulau itu.

Hari pun berganti minggu. Satu persatu piala serta piagam penghargaan berhasil di dapatkan oleh Dafa.

Nama SMK Ellite Rovario yang tadinya sudah karam di lautan terdalam, seolah kembali terangkat, dan bahkan melebihi ekspektasi siapapun.

Jika orang-orang membicarakan sekolah kejuruan terbaik, pastilah nama SMK Ellite Rovario menjadi satu dari ketiga sekolah kejuruan terhebat yang ada di Indonesia ini.

Meski saat ini status SMK Ellite Rovario sendiri, masihlah dalam pengawasan pihak bank, karena hutang kepala yayasan yang tidak bisa dilunasi. Dan akhirnya, menjadikan sekolah itu jaminannya.

Semuanya tampak berjalan baik-baik saja. Tidak begitu ada masalah berarti yang terjadi di sekolah itu. Hanya saja ada satu peristiwa kecil namun dahsyat yang terjadi pada jumat pagi di penghujung bulan Mei.

Dimana Anindita datang dengan para pengawalnya dan juga Danu yang turut serta tentunya. Kedatangannya pagi itu, tujuannya adalah untuk menjemput anak semata wayangnya itu.

"Aku gak mau pulang!" Tukas Dafa tak mau kalah.

"Cukup, Dafa! Bunda sudah capek dengan semua ulahmu ini ya..!"

Dafa berlindung di balik Inu. Sambil terus memegangi kemeja wali kelasnya itu.

"Kau harus sadar Dafa, selama ini kau sudah diperalat oleh mereka semua..!"

"Anindita, pelankan suaramu! Aku mohon..."

"Mas Danu jangan ikut campur!" Baru sekali ini Anindita membentak Danu dengan nada tinggi sekali.

"Oke, aku paham. Tapi tidak seharusnya kau bersikap seperti itu..."

"Mas Danu! Selama ini aku sudah cukup bersabar dibuatnya! Dan sudah saatnya dia mendengarkan perkataanku dibandingkan orang-orang yang tidak jelas asal-usulnya seperti mereka semua..!"

"Ya Tuhan, Anindita.."

Anindita pun memelotot kembali pada Dafa. "Pulang atau Bunda akan menyeretmu paksa!"

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang