Enam.Dua

646 84 7
                                    

Stevie Wallerima tiba di kediaman Anggita Suryatama disaat ada sekerumunan orang terlihat memenuhi halaman dan teras depan rumah keluarga miliyuner itu.

"Ada mobil polisi juga, Nyonya.." Ucap Derrian.

Disitu firasat Stevie Wallerima jadi tidak enak. Bahkan semalam pun dia bermimpi kalau Dafa seolah datang dengan mengucapkan sebuah salam perpisahan padanya.

"Nenek Stevie, Dafa hilang..!!" Tita langsung bergegas menghampirinya.

"Ya Tuhan -- hilang bagaimana maksudnya, anak-anak?"

"Dafa tidak ditemukam di kamarnya, Nenek Stevie!" Eka kini yang menyahut.

Stevie Wallerima merangsek ke barisan terdepan. Disitulah dia melihat kedua pemuda itu sedang baku hantam dan saling menyalahkan.

"Pasti Rafa pelakunya, Yah!! Pasti dia!!"

"Kau tidak bisa menuduhku tanpa bukti!!" Rafa membalas sengit tuduhan Sam.

"Ayah sama nenek ingat kan, kejadian waktu Rafa menenggelamkan Dafa di rawa itu?!"

"Rafa, tolong jawab pertanyaan Ayah." Ardiansyah memegang kedua lengan anak bungsunya itu. "Dimana kamu sembunyikan Dafa?"

"Aku bersumpah Demi Allah, aku gak tahu, Ayah!"

"Rafa..!!" Anindita yang sejak tadi diam, kini emosinya tak terbendung lagi.

"Kau lihat mereka semua! Kau tahu kan tujuan mereka datang kesini, untuk apa?!"

"Aku gak tahu, ayah! Aku gak tahu!"

"Rafa --- Nenek mohon kepadamu --- janganlah kau mengulangi kesalahanmu itu kembali.."

"Baik, kalau kalian tidak percaya padaku." Rafa pun menyodorkan tangannya pada para polisi yang datang pagi itu. "Bawa saja aku. Karena aku benar-benar gak tahu Dafa dimana."

"Rafa...!!" Ardiansyah memekik. "Sekarang kau masuk!"

"Ayah! Kenapa ayah masih --"

"Diam kau, Sam!" Ardiansyah membentak anak sulungnya.

Keadaan pagi itu, yang seharusnya penuh dengan kebahagiaan dan keceriaan, harus sirna lantaran menghilangnya Dafa.

"Tadi Dafa mendatangi kamarku -- dia mengetuk pintu kamar mandiku.." Ucapan Kinno itu langsung membuatnya jadi pusat perhatian.

"Dafa juga datang ke rumahku." Gabriel menimpali.

"Kau jangan melucu, Gabriel!" Tukas Julian tajam.

"Aku berani bersumpah, kalau Dafa memang datang ke rumahku. Hanya saja --" Gabriel melemparkan pandangannya pada Kinno. Pun begitu sebaliknya. "Dia seperti dalam kondisi basah. Dan dia terus mengatakan.."

"Dingin..." Ujar Kinno dan Gabriel berbarengan.

Petugas kepolisian yang datang pun, meminta mereka semua untuk bersabar. Dikarenakan status menghilangnya Dafa belum mencapai batas waktu 1x24 jam, maka Dafa pun belum bisa dimasukkan dalam daftar pencaharian orang hilang.

Danu dan Anindita tidak tinggal diam. Keduanya langsung menghubungi orang-orangnya untuk melakukan penelusuran di setiap pelosok ibu kota.

Sementara itu Anthony tampak terpukul sekali dengan peristiwa ini. Dia bahkan belum sempat bertegur sapa dengan anak kandungnya itu, tapi kini -- dia sudah harus dipisahkan lagi dengan sebuah takdir yang teramat tidak adil.

"Anthony.." Stevie Wallerima bisa mengerti betul apa yang dirasakan oleh pria itu. "Dafa adalah anak yang baik. Yakinlah kalau Tuhan akan selalu melindunginya."

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang