Delapan.Lima

1.6K 119 39
                                    

Klik..!

Kinno sempat menahan nafas saat ia berhasil membuka gembok kecil itu. Ia menatap orang-orang di sekitarnya, seolah meminta persetujuan untuknya membuka kotak kayu peninggalan Nata itu.

"Bagaimana kalau Tante saja.."

"Kinno, Natalah yang mengingikanmu membuka kotak itu."

"Kau, Rafa.."

Rafa meraih buku harian Nata. "Disini tertulis namamu. Kinno. Apa masih kurang jelas?"

Kinno menghela nafas. Seminggu sudah Nata pergi meninggalkan mereka. Dan mereka sudah sepakat untuk membuka kotak kayu peninggalan Nata tersebut.

Dia membuka gulungan kertas itu. Dan dia tidak mendapati apa-apa, pada kertas yang berada pada paling atas.

Namun dia mendapati kertas-kertas lainnya yang penuh gambar, warna dan juga corak. Meski gambar-gambar itu bukanlah gambar yang bagus.

"Apa maksud dari semua gambar ini?" Anggita Suryatama agak bingung.

Rafa meraih selembar kertas dengan gambar pesawat yang sedang terbang di antara gumpalan awan dan matahari.

Kinno meraih kertas yang bergambar sebuah bangunan dengan kobaran api yang melahap habis bangunan itu.

Lalu Sandra mengambil kertas dengan gambar lima orang sedang berdiri bergandengan tangan.

"Mami, ini kan Hassel sama mami..!" Seru Hassel sambil menunjukkan sebuah gambar  pada Sandra.

"Kau jangan sok tahu ya..!"

"Coba mami perhatiin deh, ini kan Hassel -- terus pohon ini -- sama karung besar itu -- mami gak inget ya?"

Sandra tersentak bukan main. Jantungnya berdegup kencang saat ia mencoba menyambungkan hubungan antara gambar itu dengan sebuah peristiwa yang amat mengerikan sepanjang hidupnya itu.

"Panti asuhan --" Kinno menggumam. Lalu tangannya bergerak cepat menyusun satu demi satu gambar-gambar buatan Nata itu. "Toko kue ini adalah toko kue dan roti milik Pak Martin Luther --" Kinno menunjuk gambar pertama. "Lalu ini -- adalah rumahku. Dad ingat kan pohon dengan ayunan di depan kamarku?"

"Jadi..."

"Mobil ini ---" Kinno menatap Anindita dan Ardiansyah. "Kalian menemukan Dafa sedang tertidur di dalam bagasi belakang mobil kalian kan?"

Seketika Anindita dan Ardiansyah bertukar tatapan.

"Tapi kapan, dia menggambar semua ini?" Anindita bertanya-tanya.

"Gedung sekolah ini --- SMK Ellite Rovario?" Dahi Eka berkerut.

"Tapi -- arti pesawat terbang ini, apa?" Ujar Sheila.

"Terus, pesawat dan bumi ini juga apa?" Timpal Eka.

Kinno berfikir keras. Dia masih belum paham, kenapa Nata menggambar pesawat sampai dua kali? Tapi dengan gambar obyak lain yang berbeda?

"Apa kalian ingat ketika Dafa -- Nata -- dan kalian, terbang dengan pesawat menuju Paris?"

Seketika semua perhatian tertuju pada Stevie Wallerima.

"Jadi, gambar ini..." Mata Eka membulat.

Stevie Wallerima pun mengangguk lemah.

"Kalau aku gak salah inget mi, waktu Kak Nata masih tidak bisa melihat, Kak Nata pernah bilang kalau dia akan mengelilingi dunia. Berkunjung dari satu negara ke negara lainnya."

"Gak salah lagi!" Kinno antusias sekali.

"Jika semua yang digambar Dafa ini adalah impiannya. Tapi kenapa, kertas yang terakhir ini kosong?" Rafa meraih lembaran kertas yang masih kosong tanpa noda krayon itu.

GrowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang