#039 : Dandelion yang Baru

194 14 1
                                    

Mungkin bagi orang sepertiku, bersembunyi di balik aksara dan melarikan diri dari keramaian adalah hiburan.

Pena itu menyambutku dengan kegirangan, mengajakku berpesta ria dengan ribuan prosa.

Untuk seharian ini, izinkan aku menulis tentang dunia, tentang kita, dan lagi-lagi tentang asmara.

Aku tak pernah jenuh mendeskripsikan cinta. Baik itu cinta kepada Tuhan, keluarga, sahabat, mau pun seseorang yang sudah jauh di seberang sana.

Aku juga tak pernah sesal atas apa yang memang seharusnya pergi. Ibaratkan dandelion yang terbang, jatuh, dan menumbuhkan dandelion-dandelion yang baru.

Hidup akan terus bergulir, maka langkah tak boleh berhenti!

Aku percaya, Tuhan adalah sutradara yang Maha adil dengan skenarionya yang tak pernah salah. Aku dan mungkin kamu patutnya bersyukur, sebab sudah diberi waktu untuk terus memperbaiki diri.

Aku sudah mengikhlaskan semua derita, derai air mata pada kisah yang lama.

Aku sempat meragu untuk melepas, sebab diri yang masih terhempas sampai ingin menunggu saat yang pas.

Tanpa keresahan atau satu pun pertanyaan yang menggantung, hari ini aku sudah siap untuk tidak lagi bergantung!

Menunggu dalam jeruji itu hanya akan membuatku seperti orang bodoh. Apa yang kucari di dalam sana, hanyalah hampa dan lantai-lantai dingin beralaskan air mata.

Malam-malam yang biasanya penuh jeritan kematian, tidak akan ada lagi.

Mata yang selalu basah, dan tubuh yang lesu, tidak akan ada lagi!

Yang ada sekarang adalah aku sang dandelion yang baru. Sesuai dengan perkataanku sebelumnya, aku sudah ikhlas sepenuhnya.

Sekali lagi, aku sudah bangkit dari masa lalu. Selamat untuk diriku, selamat berjuang untukmu, semoga kamu semakin jauh!

Selasa, 4 Des, Riau
11:35

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang