#086 : Terkapar

94 4 0
                                    

Terlalu indah untuk kujabarkan tentang pertemuan kita. Yang bahkan aku sendiri tidak tahu harus memulainya darimana.

Terlalu pahit untuk kuungkit lagi tentang perpisahan kita. Yang bahkan aku sendiri tidak tahu penyebabnya apa.

Garis waktu. Begitu baiknya ia mengirimkanmu padaku.

Garis waktu. Begitu jahatnya ia merampasmu dariku.

Semesta seakan memainkan rasa, meracuni logika yang mau tak mau harus melihat kenyataan yang berbanding terbalik dengan harapan.

Mungkin aku ini terlalu fanatik dengan hadir yang bisa saja fana.

Sebab kebiasaanku adalah mencium aromamu hingga mencandu.

Akhirnya aku diperbudak oleh perasaan yang susah diatur.

Usahaku kalah kuat dengan keinginanmu untuk pergi.

Langkahku kalah saing dengan kaki-kakimu yang semakin jauh berlari.

Maaf pendengaranku tak mampu menangkap suara hati yang tertahan.

Maaf penglihatanku tak mampu menerawang rasa-rasa yang mengundang tanya.

Kumohon. Segera gendonglah rindu tunggal yang terkapar lemah di balik jeruji kesedihan. Ia kehausan.

Aku begitu angkuh menjatuhkan diri, merunduk pada Puan yang tak kunjung datang.

Bagaimana dengan skenario yang dulu sama-sama kita rencanakan di masa depan?

Apakah harus ikut terkapar juga?

Jum'at, 11 Jan 2019, Riau
18.50

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang