#066 : Eulogi

158 9 0
                                    

Tafsirkanlah fajar yang mengarsir spektrum cahaya di kaki langit
Tentang semesta; kau takkan pernah habis melafazkan sajak-sajaknya
Memahat pancarona yang terlontar jauh
Seorang penggamang nan haus bersua, menjadikan bisunya sebagai tempat tafakur
Dimintanya kembali ladang-ladang kesyahduan di fantasia khayal
Lalu beringsutlah fatamorgana dari tebing-tebing kesunyian

Kita adalah sekumpulan debu yang lahir di jagat raya
Dari bumi dan langit yang saling memuntahkan selaksa syair pada rerimbunan pohon jati
Dan pagi serta malam yang saling bersenda gurau mencumbu denyut waktu
Memeluk barisan gunung dari ujung barat ke ujung timur
Eunoia senjamu masih kusimpan dalam aroma petrikor

Duhai, adinda
Sang Pencipta selalu pandai bernarasi dengan larik-larik puisi lewat tangan cakrawala
Jemputlah tinta-tinta untuk kita abadikan sampai tua renta
Jangan sampai ada yang berubah, ingati simponi rintik gerimis pada derai cemara

Dan bila sang dewi malam menyambut
Maka ambillah satu bintang di antara kemintang
Taruh pada cinta yang kuulurkan
Tidakkah kau ingin menyimpannya dalam dimensi yang takkan pernah bisa dicapai orang-orang?
Matahari sudah menjanjikan kemekaran bunga jika air menjangkau akarnya

Kemarilah, adinda
Akan kusyairkan semesta sekali lagi

Debur ombak adalah sebait rindu yang tetap tabah di penghujung tahun
Sebelum Desember berlalu, aku ingin merias kisah nan bukan elegi
Melainkan kisah sewangi kesturi yang disabdakan musim penghujan
Kekallah teduh matamu pada cerlang embun, dan riang kicau burung
Berarak lembut ke telaga hatimu serta laungan haru yang berkelindan di sepanjang jalan

Demikianlah, adinda
Semoga eulogiku kau baca

Selasa, 18 Des 2018, Riau
22:18

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang