#104 : Menggilaimu Dalam Aksara

87 6 0
                                    

Akhir-akhir ini aku sering melihatmu. Entah saat kau sendiri atau saat sedang bersama temanmu. Ada kebahagiaan yang membuncah di dasar hati, bercampur dengan kerinduan yang senantiasa mengendap. Bagaimana tidak sebab sudah bertahun-tahun aku menunggu, tapi sejauh ini belum ada pengharusan untuk berhenti.

Dari sekian banyaknya pijakan dan dinding-dinding batuan granit, aku masih ingin memperjuangkanmu. Entah berapa kali aku kehilangan kendali, begitu rindu menerjang kerapuhan diri.

Tuhan selalu punya cara untuk meyakinkanku kembali. Lewat senyummu yang kupandang dari jarak jauh, aku tahu kabarmu baik-baik saja. Kadang ada keinginan untuk menghampiri, tapi lagi-lagi aku membuat alasan. Kau boleh menyebutku ini pengecut, tapi inilah caraku mencintai seseorang. Bagiku cinta tak harus selalu dekat, yang terpenting adalah cara menjaga cinta itu sendiri. Cinta tak pernah kemana-mana, jika niat sudah mantap maka akan ada jalan untuk mengikat janji yang lebih suci.

Menyimak setiap kata yang keluar dari mulutmu, aku menyukai caramu berbicara. Caramu berjalan, atau caramu melakukan segala hal. Kau adalah tokoh utama dalam fiksiku, bayanganmu selalu menghapus insomniaku yang sempat kambuh.

Kau ibarat lagu yang selalu kuputar setiap saat tanpa rasa jenuh, atau kau seperti secangkir kopi yang menghangatkan malamku. Ada lebih dari ratusan pengibaratan yang indah untuk sosokmu. Namun terlalu banyak untuk kudefinisikan satu persatu.

Aku menggilaimu dalam aksara, merayumu dalam prosa, dan mendekapmu dalam bait doa.

Rabu, 23 Jan 2019, Riau
21:36

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang