#114 : Piano Hitam

65 4 0
                                    

Telingaku tak punya daya untuk menolak dentingan piano ini; terlalu indah tapi menyakitkan.

Arus melodi masa lalu mengejar habis atas apa yang pernah kita lewatkan dulu.

Pecahkan ruang ritmeku bersamaan dengan nostalgia berhamburan mengetuk pintu-pintu.

Mengajakku tersesat di antara nada-nada fana atau mengambang di linimasa.

Nyanyianmu telah lama menghilang tapi naluriku masih dapat menjangkaunya.

Syukurlah; suaramu tetap sama merdunya walau samar-samar aku membayangkannya.

Lalu kucoba menghayati alunan piano lebih dalam mencari rindu yang sudah lama tenggelam.

Rupanya ada sepeti kenangan di sana, jelas-jelas aku tak mau menyentuhnya. Tapi rindu yang sudah aku gapai memaksanya.

Apa yang terjadi setelah itu?

Aku menangis dengan air mata yang membanjiri paritur nada.

"Sial!" umpatku membanting piano.

Senin, 28 Jan 2019, Riau
20:47

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang