#115 : Nelangsa

63 7 0
                                    

Dulu nafas kita tercekat di antara basah pelupuk mata.

Membimbang nada-nada harmoniku hilang sudah di suam malam.

Siluet rindu menuliskan nelangsa bersama semesta yang berjenaka.

Hingga porak dalam amuk atma; orkestra ombak tidak mengisyaratkan apa-apa.

Tapi tak henti kuayunkan langkah memungut titik demi titik yang berlalu di antariksa.

Hingga porak dalam amuk atma; orkestra ombak tidak mengisyaratkan apa-apa.

Hilang pijakan jantung kenangan dengan enigma rasaku terjebak.

Masa senja merasa adalah hal yang lebih memabukkan daripada manisnya buah bibirmu.

Aku tersesat mengeja perpisahan dalam cinta yang sekarat.

Kemudian menyusup pada jendela kamar sembari hujan menguyupi; kau bangunkan harapan yang sempat mati.

Jika kembalimu nyata maka cicipilah segelintir deritaku saat kau pergi tanpa kata.

Rabu, 30 Jan 2019, Riau
18:29

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang