#121 : Kisah Seorang Penunggu

63 2 0
                                    

Menjalani hari tanpa sedikitpun sapa darimu.

Mengabaikan rindu yang terus datang hingga nanti aku akan terbiasa.

Sulit jika harus menolak kenangan itu, ia tetap menghampiri.

Tak ada yang bisa aku lakukan selain berdiam diri hingga rindu dan kenangan tak lagi menguasai.

Kau dan segala kesempurnaanmu adalah lukisan yang pernah kutuai bersama senja.

Sementara aku dan segala kekuranganku adalah lukisan yang kau gantungkan di antara dendam-dendam.

Waktu; bolehkah kau kembalikan hari-hari yang senantiasa kusia-siakan hanya untuk memikirkan dia?

Takdir; jika bisa mengulang, bolehkah sedari awal kau jumpai aku dengan orang selain dia?

Kini aku yang membisu tak sedikitpun mencoba beranjak dari tempat dudukku, dan kau berada di ujung sana.

Aku tahu kau mendengar helaan napasku yang terdengar berat, tapi tidak dengan suara hatiku.

Kutahan kaki-kaki ini agar tidak menghampirimu, membuatmu tersenyum, melakukan segala hal bersamamu seperti dulu.

Apabila tembok yang kau bangun melukaiku, maka hujan air mata akan membanjiriku.

Membawaku lagi pada samudera kesepian yang penuh kekalutan luar biasa.

Tuhan; aku selalu menanti hari-hari cerah, bisakah Engkau membiasakan hati ini untuk tidak lagi berharap akan kepulangannya?

Kemesraan waktu itu menyelubungi hari menjadi gelap seakan langit-langit meruntuh.

Begitu lemahkah aku ketika hanya melihatmu saja, aku menjadi senyum sendiri seperti kau seakan membalas tatapku.

Padahal sebenarnya bayanganku tak ada lagi di matamu walau hanya sebersit.

Selasa, 19 Feb 2019, Riau
17:18

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang