#153 : Sajak-sajak Pendek

66 1 0
                                    

Semesta memberi kita ruang mencumbu; denyut-denyut rindu. Sampai benar-benar kekal cintaku dan kau yang tak lagi semu.

***

Senyummu masih berbekas di dinding hatiku; tawamu masih bernyawa di kepalaku; langkah kepergianmu masih mengalun dan sukses meruntuhkan duniaku.

***

Ada syair yang lebih indah dari pancaran jingga, yang tak habis kutuliskan pada awan gemawan saat hujan menyapunya terlebih dahulu. Kamu; yang tak sempat kutarik dalam pelukan.

***

Di sudut kamarku, bisik romantismu mengalun di antara satu helaan napas yang lagi-lagi imaji.

***

Rinai hujan adalah kerinduan yang tak mampu kau hitung jumlahnya, sampai gugur cintaku dari harapan yang meranggas.

***

Senja telah tersaput mendung kelabu, ada yang diam-diam bergemuruh. Didera oleh malam sepi yang sebentar lagi akan utuh.

***

Pulang atau pergipun sama saja; aku menemukan sepasang matamu yang teduh, menaungi bayang seseorang yang bukan aku.

***

Kau menarikku di antara dimensi-dimensi yang tak pernah bisa terjamah; menembus ruang khayal yang indah sampai akhirnya takdir kembali melemparkan kau dan aku pada posisi semula.
Sebegitu cepatnya, semesta menjadikan kita asing pada waktu yang tak pernah diduga-duga.

***

Tak ada yang lebih indah kutatap, jika hanya pada matamu ada aku yang menetap di mimpi yang tetap.

***

Kulayangkan jurnal rasa, lalu bacalah rindu yang tak lagi tereja. Ada gambaran jiwa yang teramat rapuh di sana.

***

Tatap ini sungguh lekat; hingga luruh rindu yang hampir sekarat. Namun sayang, kala aku mendekat; kau masih mengajukan syarat. Sampai perpisahan datang dan terasa berat, kau sadari ada cinta yang tumbuh terlambat.

***

Hujan ini seperti tangisku; memaksamu untuk diam, terguyur, dan basah. Tanpa dan enggan meminta langit untuk kembali cerah.

***

Apa harus kuakhiri ragu yang tak pernah bercukupan?
Demi jenuhku yang telah mengambang di batas kesabaran.
Oleh dirimu yang tak kunjung kembali ke pelukan.
Dari diriku yang telah banyak menelan semunya harapan.

***

Pada akhirnya semua rasa yang kubanggakan hanyalah ilusi.
Dan cintamu telah termakan oleh waktu sedangkanku masih saja mengais kenangan masa lalu.

***

Menyusut asmara di antara tinta tak bernyawa, berdansa di lembar kertas untuk aku gores seberapa besar kekecewaanku padamu? Seberapa tangguh kutempuh hebatnya rintang demi orang berkepala batu? Ratusan atau bahkan tak terhitung tanya tiada terusai untuk kupersembahkan pada muramnya rembulan, dan kelabunya awan-gemawan.

***

Aku menemukan hatimu yang tercerai-berai, dan dia mencurinya ketika hatimu sudah tak lagi bersepai. Aku cukup sempurna untuk membuatmu sembuh, dan kau cukup sempurna untuk membuatku rapuh.

***




RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang