#151 : Catatan Sendu

59 0 0
                                        

Dahulu, saat melihatmu aku biasa saja. Entah aku tidak ingat dengan begitu, yang jelas kamu membuat suatu keajaiban untuk bisa mengetuk pintu hatiku. Masuk ke dalamnya, lalu membuat kehidupan baru yang selama ini kudambakan.

Mungkin kala itu aku sedang merasakan pepatah, ‘’tak kenal maka tak sayang. Tak sayang, maka tak cinta.’’ Dan kuakui aku telah jatuh cinta waktu mengenalmu pertama kali. Kamu membawa perubahan baik, hari-hariku menjadi lebih bersemangat.

Mungkin tanggapan orang lain saat mendengar candaan kita, nggak ada lucu-lucunya sama sekali. Tapi orang lain sedang tidak berada di posisiku;  yang di mana melihatmu di sampingku saja, sudah sebahagia itu. Seolah kita punya dunia sendiri, dan kamu telah kujadikan pemeran utama dalam ceritaku ini. Sesingkat itu. Sesederhana itu. Entah alasan apa yang membuatku begitu nyaman denganmu selain karena cinta.

Kamu mengajarkanku bahwa betapa pentingnya menghargai kehadiran seseorang untuk membuat kenangan yang lebih banyak, dengan waktu yang sesingkat mungkin; untuk akhir yang entah seperti apa. Dan aku sadar, rindu terberat bukan ketika dua raga saling berpisah, tapi yang sebenarnya adalah ketika perasaan saling berjauhan; menolak untuk bersama sebab keadaan yang sudah berbeda.

Ya. Akhir dari episode ini; kita yang sama-sama memutar arah, dan memilih menyerah. Rasanya tak perlu kita utarakan alasannya. Sebab, semakin banyak kata yang terlontarkan maka akan semakin banyak luka yang didengarkan.

Duhai sendu, syairkan aku. Aku ingin dilumat kesedihanku sendiri di antara serpihan yang diciptakan oleh kehilangan.

—30 Agustus 2019
Riau

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang