#048 : Terpidana

151 10 1
                                    

Tidak ada kesempatan lagi untuk berjuang. Terpaksa aku mundur tanpa hitungan, jalan pintas untuk menemuimu sudah hilang. Waktu tak lagi berpihak, ia menghapus ribuan jejak.

Untukmu, maaf aku telah lancang masuk dan hadir sebagai tamu yang tak sadar diri. Menyuguhkan cinta tanpa kau pinta, lalu memaksamu untuk terus ada. Menyediakan payung setiap hujan datang, memberi jaket tebal agar kau tidak kedinginan.

Aku benar-benar menjagamu dan aku merasa aman walau kau tampaknya abai. Aku selalu meminta pada awan-awan, agar mereka melindungimu di setiap langkah. Memohon kepada rembulan agar malammu senantiasa terang, juga kepada mentari agar tidak lupa menyinari setiap pagimu.

Aku tetap dengan rutinitasku seperti itu, punggungmu selalu jadi sorotan utama. Kaki-kakiku seakan punya energi lebih dan punya kemauannya sendiri untuk menghampirimu.

Kekuatan yang tak pernah kusadari, saat aku benar-benar yakin dengan rasa hati.

Cinta yang membuatku tangguh menjadi sosok yang tak kenal berhenti.

Dan apa yang kupaksakan terus-menerus berakhir dengan tragis!

Waktu menamparku begitu kejam, kenyataan melihatku dengan sangat sinis. Semesta marah hingga mengurungku di sini sebagai pidana yang dihukum penjara sampai mati.

Minggu, 9 Des 2018, Riau
14:28

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang