#040 : Narasi Pelarian

172 11 0
                                    

Berulang kali kau berlari ke arahku saat sekujur badanmu penuh akan luka. Aku kira aku rumah, namun ternyata aku hanyalah pelabuhanmu semata.

Terhadap cintamu yang gagal, kau bunuh aku tanpa pisau. Kau sibuk mencari-cari pembalut luka, dan ketika kau sudah mendapatkannya kau meninggalkanku tanpa sepatah kata.

Tak ada tunas cinta tersemaikan, cintamu tak seperti yang kudambakan.

Awalnya kufikir semua perhatianmu tulus hingga akhirnya harapanku pupus.

Seringkali aku meminta maaf walaupun bukan salahku; aku hanya ingin menghindari pertengkaran. Aku tak bisa jauh dari seseorang yang kuanggap baik seperti kamu.

Baiklah, kuakui sepenuhnya ini adalah salahku. Aku terlalu mengira, kita lebih dari teman sampai-sampai aku tak tahu, kalau aku sering kau manfaatkan.

Sendiri, kau menyayangiku.

Sepi, kau mencintaiku.

Dan saat sepi berganti, kau pun bosan dan beralih pada hati yang kau jaga itu. Bukan aku!

Ketahuilah. Aku benci mengatakan kalimat ini;

Terimakasih, atas suguhan rasa dan rindu yang takkan pernah bisa pergi.

Selasa, 4 Des, Riau
14:25

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang