#168 : Tuna Rungu

64 3 0
                                    

Kepadamu, tuna rungu.
Puan yang tuli akan ribuan pujaan.
Mengapa tak sedari dulu?
Kulempar saja cintaku jauh ke pulau.
Membiarkannya belayar mencari sang nahkoda.
Tapi kenapa yang justru kutemui adalah engkau?

Persemayaman rasa dari segala rasa.
Kudekap, namun tak kau gubris.
Kupanggul, kusayang-sayang namun abaimu mengawang.
Melampaui luar galaksi nun jauh di sana.
Katamu, aku harus segera mencari planet baru sebelum aku mati karena bekumu.

Maaf, sosokmu berkeliaran di linimasa.
Takkan kubiarkan kau dirampas antariksa.
Kendati aku harus menahan rodan.
Akibat ribuan meteor yang menghantam.

Adalah adorasi yang kupersembahkan untukmu.
Tapi yang kudapat adalah tuna rungu-mu yang sebenarnya tidak.
Apatis yang palsu, dari jarak yang jua membuatmu seolah bisu.
Katakan, angin telah meruntuhkan ranting-ranting pertahananku.

Kepadamu, tuna rungu.
Jika suaraku adalah kesia-siaan, kenapa kau tak lihat ribuan diksi yang terpampang jelas lagi nyata?
Di tiap surat-surat yang selalu kutitipkan.
Tak ada satupun di antaranya kau beri balasan, kecuali dengan penolakan.

Hei, Puan.
Tiadakah terselip barang seracik iba di hatimu yang beku itu?
Ataukah kau memang benar-benar tuna rungu?

-Arkhan(9/9/19)

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang