도서관 (Library)

1.4K 225 13
                                    

Baru seminggu semenjak perkuliahan kembali dimulai tetapi tiga mata kuliah yang kuhadiri kini benar - benar menyedot energiku, bahkan tak bisa duduk santai membaca novel atau pergi makan dengan Sori keluar dari Universitas. Segala macam bentuk tugas diberikan oleh dosen, tak tanggung - tanggung bahkan pada tatap muka pertama setelah liburan, mereka mengharuskan kami membuat laporan dari penelitian pribadi. Hari - hariku kembali diisi dengan pemandangan tumpukan buku dan rak tinggi yang ada dalam perpustakaan. 

Sori yang biada terlihat lebih santai kini sudah mengeluh hampir seratus kali semenjak kelas pertama kami dimulai. Namun bagaimanapun bentuk tugas yang diberikan untuknya, jadwal makan dan istirahat tidak akan pernah terlewatkan olehnya. Berbeda denganku yang lebih memilih untuk duduk dan menyelesaikan semua tugasku seperti malam ini misalnya, Sori sudah kembali menuju dorm kami tiga puluh menit yang lalu, meninggalkan aku yang masih berjuang dengan laptop milikku untuk menulis laporan panelitianku siang tadi.

Penjaga perpustakaan sepertinya sudah mulai terbiasa dengan kehadiranku dalam gedung miliknya, bahkan saat aku datang membawa setidaknya lima buku ia langsung tahu apa tujuanku, ia bahkan sering mengingatkanku untuk pergi beristirahat dan mengisi perutku. Awalnya memang sudah pasti terasa sulit menyelesaikan target untuk membaca tumpukan buku medis dan catatan dari dalam kelas, belum lagi terkadang aku harus menulisnya dengan tangannku. Terkadang tanganku menjadi sakit karena terlalu banyak menulis, memegang ponsel saja terasa sulit dan tak jarang bergetar belakangan ini.

Kepalaku menunduk pada meja kayu perpustakaan setelah tugas laporanku berhasil terkirim pada dosen sebelum batas waktu yang ia tentukan. Pundakku terasa begitu berat ditambah pinggangku yang mulai terasa nyeri akibat terlalu lama ditempat ini. Energi juga tersisa sangat sedikit untuk merapihkan buku - buku dan berjalan kembali menuju dormku, menyusul Sori yang mungkin kini sudah terlelap nyenyak.

Kedua tanganku naik menggantikan kerasnya meja perpustakaan, aku ingin berisitirahat setidaknya tiga puluh menit sebelum merapihkan semua tumpukan buku dan kembali menuju dorm. Mataku menutup dan aku merasa tidur membungkuk seperti ini begitu nyaman, mungkin karena terlalu lelah seharian bekerja keras. Suara angn yang keluar dari pendingin ruangan seakan menjadi lagu pengiring tidurku kali ini.

Pemandangan gelapku digantikan dengan indahnya pemandangan indah kota yang nampaknya berasal dari negara yang berbeda. Matahari begitu terik bersinar sementara daun - daun berwarna kuning tua jatuh diatas tanah ditemani lembaran kelopak bunga merah muda yang nampak seperti bunga sakura. Huruf - huruf kanji terlihat menghiasi rumah - rumah disekitar tempatku berdiri saat ini, suasana disini membuatku tenang dan aku merasa ada membuatku bahagia.

"appa!! kejar bola itu" ada seruan suara anak kecil laki - laki dari belakang yang membuatku mengalihkan pandangan

Seorang anak kecil tengah berlari bersama dengan seorang pria bertubuh tinggi, mereka terlihat begitu asik bermain bersama ditemani tiupan angin yang membawa guguran kelopak bunga. Kakiku melangkah mendekati mereka karena tertarik dengan keseruan mereka berlari mengejar bola yang sedang mereka perebutkan. Tak ingin mengganggu pertandingan kecil mereka, aku memilih untuk duduk pada kursi kayu yang berada disamping tempat mereka bermain.

"appa curang!!" anak kecil itu terlihat marah pada pria yang sedang bermain dengannya

"kenapa appa yang disalahkan ??" pria yang lebih tua itu mengambil bola yang ia kejar, kemudian berlari menghampiri anak kecil yang sekarang hampir menangis karena tidak bisa menerima kekalahannya

"appa mencuri bola itu dari Jeongsan.. huaaa.. hiks hikss"

"itu salah Jeongsan karena tidak memiliki kaki sepanjang appa" pria dewasa itu tidak mau mengalah

Aku dikejutkan oleh tangisan yang bertambah kuat dari anak kecil bernama Jeongsan itu, ia berlari menghampiriku sambil merentangkan tangannya nampak meminta pelukan. Yang terlewat dalam kepalaku saat ini hanyalah mengangkat anak itu kepangkuanku dan membuat tangisannya berhenti.

Jeon jungkook (전정국)  ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang