집입니다 (Home)

1.3K 160 4
                                    

BEWARE OF TYPO

- (Y/N) POV -

"ya!! Tunggu!"

Aku memainkan gantungan beruang yang ada pada koperku, sambil menunggu pintu rumah di depanku terbuka.

CKREK

"Siapa.."

"Hi maahh" aku melambaikan tangan sambil tersenyum, sementara ibuku terdiam ditempatnya

"(y/n) ?" Ia mendekatiku sambil tersenyum, tetapi kedua matanya berair

"Iya mah ini (y/n)"

"Sayangg" ibuku langsung berlari memelukku

"Apa kabar mah?" Aku memeluk ibuku yang tengah menangis terharu

"Kenapa enggak bilang kalau mau pulang ?" Ia menghapus air matanya sambil mengusap pundakku

"Biar SURPRISE"

"Kamu bikin mama jantungan" ia memukul tanganku gemas

"Kenapa rumah rasanya sepi banget mah ?" Aku merangkul ibu sambil membawa koper masuk ke dalam rumah

"Papa lagi ke rumah temannya, kakakmu lagi diatas ngerjain tugas kuliah kayaknya, kalau adikmu satu itu lagi rajin rajinnya latihan bakset. Jadi setiap hari yaa gini deh, mama sendiri cari kesibukan biar enggak ngantuk"

Aku berjalan menarik koperku ke ruang tengah, sementara ibuku ke dapur mengambil air untukku.

"Kamar (y/n) masih diatas kan? Belum ditukar ?"

"Belum sayangg.. masih sama persis kaya dulu, kemarin baru aja mama bersihin. Taunya kamu pulang hari ini, jadi mama tadi kaget deh.. enggak nyangka insting ibu" ibuku memberikan segelas air dingin yang langsung kutenggak habis, berhubung cuaca disini lebih panas dari Seoul jadi aku membutuhkan air dingin untuk tubuhku

"Mah aku naik dulu ya, nanti bangunin kalau semuanya udah pulang"

"Iya sayangg, nanti mama bangunin kalau makan malanya sudah siap"

"Dah mam" aku mencium pipi ibuku sebelum membawa koperku naik ke kamarku, kamar yang penuh memori masa kecilku

Aku berlari karena terlalu bersemangat untuk melihat kamar kesayanganku yang menyimpan begitu banyak kenangan masa kecil. Rasanya senang bisa kembali ke kamar hasil dekorasi sendiri, meskipun dibantu ayah mengurus ini itu karena sewaktu rumah ini dibangun, aku masih berumur dua belas tahun.

Masih terpajang papan bertuliskan namaku di depan pintu kayu besar berwarna putih, aku menekan gagang pintu dan berjalan masuk sambil tersenyum leba. Benar saja semuanya baru ibu bersihkan, terlihat nampak sangat rapih dan bersih namun tak satupun barang berpindah dari tempatnya.

 Benar saja semuanya baru ibu bersihkan, terlihat nampak sangat rapih dan bersih namun tak satupun barang berpindah dari tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun tidak terlalu besar namun kamar ini selalu menjadi tempat kegemaranku dan teman teman kelas untuk berkumpul. Apalagi ayah sempat membelikan dua sofa berwarna senada dengan ruangan, awalnya hanya untuk mengisi kamar sebagai hiasan agar tidak terlalu kosong, namun pada akhirnya sofa itu menjadi spot kegemaranku. Bahkan tak jarang aku ketiduran saat mengerjakan tugas, sampai ayah harus memindahkanku yang sudah terlelap keatas tempat tidur.

Aku meninggalkan koperku dekat pintu karena tak sabar melompat keatas tempat tidur kesayanganku. Wangi vanilla selalu mengisi kamar milikku, seperti ciri khas dirumah karena hanya aku yang gemar dengan vanilla. Kalau ibu lebih suka dengan wangi citrus atau green tea, sedangkan anggota keluarga yang lain tidak punya selera khusus.

Baru saja merebahkan diri diatas tempat tidur, mataku sudah mulai mengantuk. Mungkin karena aku tak bisa tidur nyenyak selama penerbangan tadi, jadi begitu mendapat tempat yang nyaman, mataku langsung tertarik untuk terpejam.

----

Aku tengah duduk di sofa ruang tengah sambil menikmati secangkir cokelat hangat ditemani tayangan televisi. Tiba - tiba pintu rumah terbuka dan muncul sosok yang ingin membuatku tertawa karena penampilan kusutnya. Ia baru saja pulang sehabis latihan basket bersama teman - temannya kata ibuku.

Aku sengaja tak mengeluarkan suara, biar dia yang menyadari kehadiranku dirumah. Pasalnya anak ini jarang sekali perhatian dengan lingkungan sekitar, tak terhitung sudah berapa banyak barang milik ibu yang hilang ditangannya. Selesai melepas sepatu basketnya, ia langsung masuk ke dapur mencari air dingin dari dalam lemari es.

Ia punya kebiasaan untuk meninggalkan barang diruang tengah, sampai - sampai hampir semua buku pelajarannya bertumput dimeja tengah waktu dulu. Dan ternyata kebiasaannya masih belum hilang, terbukti ia berjalan membawa tasnya ke ruang tengah.

"Kaaaaakkkkkk" ia berlari memelukku saat akhirnya ia menemukanku tengah duduk memperhatikan televisi di sofa

"Astagaa, mandi duluuu.. ini keringat semua"

"Nyampe jam berapa kak ? Kok gak kasih tau aku sih?"

"Kalo dikasih tau, enggak jadi surprise donggg" aku melepas tangannya yang memelukku

"Kaakk oleh - oleh buat aku ada kann ??"

"Ada masih di kamarku"

"Apa kak ?? Jangan cuman masker muka sama hand cream ya! Aku mau sesuatu yang berhubungan dengan BTS pokoknya!! Kakak beliin poster Jungkook oppa yang waktu itu aku kasih tunjukkan??" Mendengar namanya raut wajahku langsung berubah

"Kak! kak! ada Jungkook oppa kan ? Poster atau photocard nih ? Ih! Aku ngefans banget sama Jungkook oppa" dia masih berseru - seru menebak oleh - olehnya

"Enggak ada BTS, aku cuman beli masker sama handcream. Kalau mau ya silahkan ambil, kalau enggak yasudah" aku berdiri meninggalkan adikku, berjalan ke dapur menghampiri ibuku yang baru mematikan kompor

Sebenarnya yang tahu hubunganku dan Jungkook, dan yang tahu aku bekerja di Bighit hanya ibu dan ayahku. Jadi kalau adikku sampai seheboh tadi, sebenarnya tidak bisa disalahkan juga.

"Ma sini aku bantu" aku mengangkat piring kosong yang sudah ia siapkan

"Kamu kenapa lagi sama dia ?"

"Dia berisik maa, aku udah bawain oleh - oleh tapi dia minta yang lain" jawabku sambil menyusun piring dimeja makan

"Mama enggak ngomongin adikmu, mama ngomongin calon suami kamu" ibuku datang membawa hasil masakannya

"Nanti aja mah ceritanya, ngerusak mood kalau diomongin sekarang"

"Jangan kelamaan marahnya, mama enggak tau siapa yang mulai duluan kali ini, tapi harus ada yang ngalah. Sayang aja rasanya kalau harus berhenti karena ego masing - masing, apalagi dia sampai serius mau nikah sama kamu" kata ibuku sambil menata lauk yang ia siapkan dimeja makan

"Iya mah"

"yasudah sana panggil adik sama kakakmu, papa sudah mau sampai"

- TBC -

Jeon jungkook (전정국)  ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang