마지막 (LAST)

1.7K 172 19
                                    

BEWARE OF TYPO

-(Y/N) POV-

Keesokan hari setelah acara billboard aku menghabiskan hari seorang diri di kota sebesar ini dengan sisa lembaran dollarku, tak banyak tempat ku kunjungi karena kegiatan billboard kemarin cukup menguras energi. oh ya! aku juga belum bertemu Jungkook dan yang lain, mereka pergi pagi meninggalkan hotel karena ada beberapa jadwal wawancara dan hal lainnya.

Dengan sisa kopi dalam gelas plastik dan sepotong roti di tangan aku berjalan kembali masuk ke kamar setelah puas sekaligus lelah berkeliling. Kuletakkan roti dan sisa kopiku di balkon kamar dan aku menarik sofa kecil dari dalam kamar keluar tak lupa meja kecil untuk kakiku.

entah apa yang membuatku lelah dan menarikku untuk menghilang dari kesadaran dalam hitungan detik setelah aku duduk diatas sofa kecil itu. 

*TING TONG TING TONG*

suara bell terdengar dari dalam kamar karena pintu balkon yang bahkan lupa kututup

aku mengusap mataku sambil berdiri terburu - buru menuju pintu, tetapi aku mengecek penampilanku sekilas melalui kaca dekat lemari.

"apa aku mengganggumu ?" tanya pria yang menekan bel kamarku

aku menggelengkan kepala

"kau terlihat sehabis bangun tidur"

"aku ketiduran di sofa" jawabku sambil membukakan pintu lebih besar dan mempersilahkannya masuk ke dalam

"jangan bilang kau tertidur disana" ia menunjuk sofa di balkon

aku mengangguk "kau mau minum apa ?"

"tidak perlu, aku sudah banyak makan hari ini.. hanya ingin bersantai saja sebelum tidur" ia berjalan ke balkon dan duduk di kursi balkon

aku menyusulnya dan kembali duduk diatas sofaku, dan anehnya ia tak membuka mulut sampai aku merasa suasana menjadi canggung dan memutuskan untuk memulai pembicaraan atau apapun itu.

"hahh.." aku menghela nafas sambil tersenyum memperhatikan pemandangan malam terakhir berada di negeri paman Sam ini

"indah sekali bukan ?" tanyanya menatap lurus ke depan

"hmm.. terlalu indah untuk dilewati, terlalu bahagia untuk ditinggalkan"

ia menoleh ke arahku

"akhirnya.. malam ini datang... hari terakhir.. " aku menatap lurus replika menara eiffel yang terlihat begitu indah dengan gemerlap lampu yang mengelilinginya

"aku benci saat aku merasa mulai mengantuk disaat seperti ini, karena aku takut ketika aku membuka mata esok pagi semuanya telah kembali. Aku tidak bisa berbohong tentang status kita besok kan ?"

"aku akan berada sejauh yang kubisa darimu, terima kasih untuk semuanya.." katanya sambil berdiri dari kursinya dan berjalan ke tepi

aku mengangguk dan menyusulnya berdiri di tepi balkon, jemariku mengerat pada besi balkon kamar yang terasa begitu dingin.

"andai saja aku tak melakukan hal - hal bodoh itu, mungkin aku tak akan menjadi pecundang seperti sekarang ini dan memintamu kembali bersamaku. Tetapi aku sadar bahwa aku cukup brengsek kalau aku memintamu setelah apa yang terjadi selama ini." ia menatap langit sambil tersenyum sendiri dan mengehembuskan nafas kasar

"kook" panggilku dengan suara lemah

"it's okay.. I understand"

"maaf"

ia tertawa kecil tetapi sama sekali tak memandangku

"besok jadwal terbang kita berbeda, aku sengaja memilih jadwal berbeda untukmu.. (y/n)-ah sewaktu pulang nanti, berjanjiah padaku untuk lebih hati - hati karena tidak akan ada aku yang bisa menjagamu"

mataku memanas dan hatiku sakit menyadari semuanya akan berakhir dalam beberapa jam

"ah! kau pernah bilang padaku kalau aku boleh mengunjungi rumahmu kan ?? sayangnya mungkin aku tak bisa melakukan itu, jadwalku akan jauh lebih padat setelah kembali dari sini dan kupikir kalau aku terus muncul di hadapanmu, itu justru akan membuatmu lebih sulit melupakanku bukan ?" ia berbicara padaku tapi matanya memandang ke arah yang berlawanan

aku menunduk membiarkan air mataku mengalir bebas malam ini, dan tidak menahan sedikitpun senggukan yang keluar. Malam ini aku merasa aku berada dititik terakhirku, tubuhku bergetar hebat dan kakiku tak lagi terasa.

"kalau kau ingin tahu perasaanku malam ini, jawabannya masih sama" ia memutar tubuhnya dan bergerak mendekatiku kemudian menarikku ke dalam pelukannya

"aku masih mencintaimu, mencintai gadis bodoh yang menarik perhatianku dalam hitungan detik sejak pertama kali kita bertemu" ia meletakkan dagunya diatas kepalaku dan menarikku lebih dalam

"apakah aku jahat jika aku memintamu menarik semua perkataanmu ??" kini ia juga menangis karena aku merasakan bahunya bergetar

"aku harus apa (y/f/n) ?? aku bisa apa ?? beritahu padaku caranya"

tangisanku semakin kuat bahkan isakan yang keluar tak bisa sama sekali kutahan

"mengapa semuanya terasa begitu menyakitkan ? mengapa mereka terus mengambil kebahagianku ? apa aku berbuat salah sampai Tuhan menghukumku seperti ini"

kalimat - kalimat yang keluar darinya semakin membuatku berat dan memancing tetesan airmata mengalir semakin derasnya

"aku terlalu bahagia melihatmu disampingku beberapa hari ini, sampai aku tak sadar kalau kau bukan milikku lagi"

"kumohon hentikan" tanganku mencengkram begitu erat bajunya

"maafkan aku"

saat itu aku hanya bisa pasrah dengan keadaan, pertama kalinya aku menyerah dengan segalanya dan sama sekali tidak akan melawan keadaan. 

Jungkook terus mengusap pundakku sampai aku dan dirinya sama - sama tenang, bahkan ketika ia membutuhkan rasa nyaman itu, ia masih mementingkan diriku dibanding dirinya sendiri.

mengapa disaat - saat seperti ini bayangan yang berputar di kepalaku malah membuatku jatuh semakin dalam dan membuatku semakin merasa bersalah. aku terus menangis dalam pelukannya mengingat mungkin ini akan menjadi kesempatan terakhir aku bisa sedekat ini dengannya, atau bahkan bertemu dengannya.

"jangan menangis lagi, nanti kecantikanmu luntur" ia menghapus airmataku sambil tersenyum tetapu sorot matanya menggambarkan emosi sebaliknya

"ayo masuk ke dalam, ini sudah malam" ia merangkulku dan perlahan berjalan menuju kasur dan merebahkanku disana bahkan sempat menyelimutiku

"tidurlah aku akan pergi setelah kau tidur" ia mematikan semua lampu kamar dan mengunci pintu balkon

ia emindahkan sofa dari balkon kesamping tempat tidurku, kemudian mengusap kepalaku perlahan sambil tersenyum dan mencoba membantuku menenangkan diri

"Jungkook-ah, kita masih bisa bertemankan ?" tanyaku dengan sisa tangisan

"uri ? (kita ?)" dia mengangkat alisnya

"ne.."

"hmmm"

"a..aku mengerti, kau butuh waktu.. tidak masalah"

ia tersenyum lebar dan mengacak rambutku "tentu saja bisa, mengapa kau masih bertanya ??"

"menyebalkan" aku memukul lengannya yang baru turun dari kepalaku

"sudah sana pergi tidur, besok kau harus terbang jauh kan ?"

malam itu ia benar - benar berada disampingku dan menemaniku, bahkan tangannya menggenggam erat tanganku sampaiku terti??dur.

?? TBC / END ??
aja gimana nextnya

MINAL AIDIN BUAT YANG NGERAYAIN huehuehueehehee

Jeon jungkook (전정국)  ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang