-(y/n) POV-
Aku membuka mataku dan mendapati diriku tengah berbaring ditempat yang sangat asing, tirai biru dan selimut yang menutupi setengah tubuhku menjadi sambutan. Aku merasakan sesuatu yang tidak benar ketika mendapati selang oksigen terpasang di hidungku, dan saat aku menggerakkan tangan seketika seluruh tubuhku merasakan nyeri yang luar biasa bahkan terasa sampai kepala. Air mata keluar dari kedua mata tanpa aku sadari, aku menggenggam erat besi yang berada disamping tempat tidur menyalurkan rasa sakit di kepalaku.
Rombongan perawat berpakaian serba putih langsung mendatangiku saat ia melihatku tengah kesakitan. Mereka langsung menyuntikkan sebuah cairan melalui selang infus yang terpasang di tangan kiriku, rasa sakitku langsung berkurang saat cairan itu mengalir masuk. Sampai saat ini aku belum bisa mengingat bagaimana aku bisa berakhir di tempat ini.
Seorang dokter datang dengan stetoskop yang dikalungkan pasa lehernya, tepat setelah salah satu dari tiga perawatan yang tadi datang, berlari keluar dengan ekspresi panik. Dokter tersebut mengecekku beberapa kali, sampai saat ia selesai, ia berdiri di sampingku sambil tersenyum. Dengan suara yang lemah aku menanyakan kondisiku dan cerita bagaimana aku bisa berakhir disini.
Ia mengatakan bahwa sekitar tujuh jam yang lalu seorang pria yang mengenalkan diri sebagai teman dekatku, berlari menggendongku yang tak sadarkan diri menuju UGD. Sang dokter mengatakan kalau tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena aku hanya kelelahan hingga tak sadarkan diri. Ia juga memberikan beberapa pil obat untukku sebelum mengijinkanku pulang.
Saat salah satu perawat tengah melepaskan selang infus yang terpasang di tangan kiriku, seorang staf Bighit yang kukenal masuk sambil membawakan kantong berisi makanan. Aku memintanya bercerita tentang kondisiku dan apa yang terjadi sampai akhir aku berakhir disini. Ia berkata kalau aku tiba-tiba saja ditemukan tak sadarkan diri di lobby hotel pagi tadi.
Kepala staf langsung menyuruhnya membawaku ke rumah sakit terdekat dan menungguku sampai siuman. Ia juga dibebaskan tugas dari tanggung jawab mengurus konser malam ini, karena harus menemaniku sampai sembuh total. Aku langsung berdiri dan menariknya keluar sambil memintanya mengantarku menuju venue konser hari ini.
"(y/n)-ah, apakah tidak sebaiknya kau istirahat saja ? Mengapa memaksakan diri, padahal wajahmu masih begitu pucat"
"Aniyo oppa, aku harus berada disana walaupun konser hampir selesai"
Dia hanya terdiam dan mengarahkan konsentrasi mengendarai mobil, karena ia paham betul bagaimana keras kepalanya diriku saat menyangkut urusan kerjaan. Beberapa kali aku menarik nafas dalam saat obat pereda sakit sudah habis dan membiarkan rasa sakit di kepala kembali berulah. Staf Bighit yang tengah bersamaku juga terus memeriksa keadaanku melalui lirikan matanya, mungkin ia takut aku kembali tak sadarkan diri.
Begitu tiba di lokasi konser malam ini, aku segera melompat turun dan berlari menuju backstage. Beberapa kali paha dan telapak kakiku terasa nyeri akibat dipaksakan berlari, padahal energiku belum pulih sepenuhnya. Aku menarik nafas panjang, mengeratkan tanganku berusaha mencapai ruang tunggu milik BTS.
Tiba disana aku langsung duduk di salah satu sofa sambil memperhatikan sisa konser melalui monitor yang tersedia. Dahiku berkerut saat menyadari Jungkook tidak ikut menari bersama member lain, dan ia hanya bisa duduk di sebuah kursi sambil menyanyikan bagiannya. Salah satu penata rias yang berada dalam ruangan bersamaku menjelaskan kecelakaan kecil yang menimpa Jungkook saat aku tidak berada disana.
Aku ingin berlari keluar dan menghampirinya, aku merasa begitu kecewa pada diriku sendiri karena tak bisa berada disana saat ia membutuhkanku. Aku benar-benar merasa marah pada diriku, apalagi saat melihat Jimin oppa berlari ke belakang menghampiri Jungkook yang menangis karena tidak bisa ikut menari. Harusnya aku mendengar perkataannya untuk tidak memaksakan diri bekerja terlalu keras, ia mengkhawatirkan kondisiku tetapi aku selau memarahinya karena mencampuri urusanku.
Aku begitu menyesal dan kecewa pada diriku sendiri, apalagi melihat Jungkook yang tengah menyembunyikan kesedihannya diatas panggung. Ia telah menyiapkan diri untuk konser hari ini, tetapi takdir berkata lain sehingga ia mengharuskan ia duduk di kursi sambil melanjutkan konser yang sudah dipersiapkan olehnya sejak lama.
Aku sontak berdiri saat mereka akhirnya menyelesaikan konser malam ini, tetapi sebuah tangan terulur sambil menyerahkan sebuah lip tint berwarna merah muda.
"Wajahmu begitu pucat, aku yakin kau tak mau membuat Jungkook semakin sedih dan khawatirkan ?"
"Gomawoyo eonni" aku menerima lip tint yang ia berikan dan memakaikannya di bibirku
"Cepat sembuh" ia kembali ke kursinya sambil tersenyum
Jantungku semakin berdebar kencang saat mendengar suara langkah kaki berjalan mengarah ke ruang tunggu. Aku mencari satu sosok diantara semua wajah yang kukenal lewat di depanku. Ia berada di paling belakang dengan matanya yang sembab dan ekspresi wajahnya yang murung.
"Jungkook-ah" aku berlari langsung memeluknya erat
Ia membalas pelukanku dan menenggelamkan wajahnya di bahuku, tak terdengar satu kata pun keluar dari mulutnya.
"Gwenchana.. jalhaesso (u did well)" aku berbisik sambil menepuk pundaknya
Suaraku justru mengundang tangisannya keluar kali ini, terdengar begitu menyakitkan dan pilu. Aku membiarkan bajuku basah oleh air matanya malam ini, mungkin ia kecewa karena tidak bisa tampil maksimal.
"Uljima" ujarku sambil menghapus air mata yang juga keluar dari mataku
"Bisa bertemu denganmu saja mereka sudah bahagia, kalau kau memaksakan diri untuk menari disana, mungkin mereka bisa jadi marah"
"Uljima Jungkook-ah" aku mengusapkan tanganku di kepalanya
Ia menarik wajah sembabnya dari bahuku sambil mengusapkan tangannya menghapus jejak air mata yang mengalir.
"Kau dari mana saja ? Aku mencarimu seharian tapi.."
"Aku ada meeting dengan kantor pusat jadi tidak bisa kemari sebelum selesai" aku merapihkan rambutnya dengan jariku
"Rapat apa yang .."
"(y/n)-ah !! Kau meninggalkan obatmu di mobil" staf Bighit yang tadi menemaniku di rumah sakit kini berteriak sambil menghampiri kami
"Obat ? Obat apa hyung ?" Jungkook mengambil obat yang berada dalam amplop berlambangkan rumah sakit
"Dia ini baru keluar dari rumah sakit setelah ditemukan pingsan di lobby hotel tadi pagi, untung saja aku masih berada disana saat yang lain sudah jalan ke lokasi konser"
Jungkook mengarahkan pandangannya begitu tajam padaku.
"Mengapa kau bohong ?"
"A..aku takut kau khawatir, tapi sekarang aku sudah sembuh"
Tangannya mengusap bibirku "kau kira lip tint ini bisa menyembunyikan wajah pucatmu ?"
Aku menunduk "mianhae"
Ia menarikku keluar dari venue "hyung tolong antar kami kembali ke rumah sendiri sakit"
"Jungkook.. tapi kakimu"
"Aku akan mencari dokter disana hyung"
Lagi - lagi aku tak bisa memberontak dan membiarkan Jungkook menyeretku keluar.
-TBC-
Sorry updatenya telat, author lagi sakit :'(
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeon jungkook (전정국) Imagine
Fanfic⚠ NO PRIVATE ⚠ ~ 안녕하세요 ~ RANK #223 Fanfiction #11 imagine 14/10/18 #6 JustWriteIt 29/11/20 1st IN #정국 08/08/20 1st IN #전정국 08/08/20 1st IN #KOOK 08/08/20 1st IN #방탄 08/08/20 7th IN #kookie 29/9/18 20th IN #bts 21/10/18 20th IN #imagine 29/01/19 Cuma...