Kamarku sudah terang tetapi bukan karena lampu yang menyala, melainkan sinar matahari yang menerobos masuk melalui jendela kamar. Mungkin dia sudah berada tepat diatas kepala, tetapi aku masih belum juga keluar dari kamarku. Pikiranku masih berputar tentang satu topik mencari keputusan setelah kemarin aku melihat videonya.
Tak ada niat awalku untuk mencari tahu tentangnya atau mengingat perkelahian kami, bahkan panggilan terakhir yang kuterima adalah ketika ia berbicara dengan adikku dimeja makan. Kemarin malam aku membuka sosial media untuk mengisi kebosanan, sialnya hal yang pertama kali terbuka adalah video konsernya kemarin malam. Aku kesal karena kebodohanku yang tak mengingat kalau mereka tentu saja akan menjadi trending topik dan tak sedikit fans yang mengupload video mereka malam itu juga.
Aku merindukan sosoknya berada di dekatku tetapi ada sebagian dari diriku yang masih marah dan mau melupakan kejadian yang menyebabkan kami seperti sekarang ini. Bahkan semenjak pulang sampai hari ini, aku belum menginjakkan kaki di kamar adikku karena tak ingin melihat wajahnya yang kata ibu menghiasi hampir seluruh kamar milik adikku. Bukan menyimpan dendam atau hal lain, lebih tepatnya aku belum siap untuk melihatnya dan kembali mengeluarkan airmata di depan keluargaku. Apalagi ada ibu disini, aku tidak ingin membuatnya khawatir, cukup mendengar berita perkelahian kami saja ia sudah tidak tenang.
*TOK TOK TOK*
"Kaak" semua keluargaku di rumah ini tak berani masuk ke kamarku tanpa ijin, sepertinya ayah yang menyuruh mereka untuk tidak menggangguku
"Masuk aja" jawabku lemah tapi masih terdengar sampai pintu
Adikku masuk sambil tersenyum kemudian naik ke atas tempat tidur menemaniku yang masih terbaring membelakangi asal cahaya dan memeluk bantal.
"Kenap lampunya enggak dinyalain ?"
"Biarin aja gelap gini, lebih tenang"
Adikku kini membaringkan tubuhnya sama sepertiku.
"Kak, aku mungkin belum cukup dewasa jadi enggak bisa ngasih saran yang baik kaya mama atau papa. Tapi aku bisa jadi pendengar yang baik buat kakak, kapan kakak siap buat ceritain masalah kakak, aku pasti siap" katanya sambil memainkan boneka lusuh pemberian ibu sewaktu aku kecil
"Maaf kalau aku terus nyembunyiin masalahku" jawabku sambil menutup kedua mataku
"aku ngerti kok kak.. tapi aku enggak bisa tenang kalau ngeliat kamu ngurung diri dikamar sampai setengah hari hanya untuk menghindar dari pertanyaan ibu tentang Jungkook"
Aku mengeratkan tanganku pda bantal yang tengah berada di pelukanku setelah mendengar namanya disebut.
"Aku bakal ada disini nemenin kkak seharian, nungguin kakak cerita sama aku. Aku rnggak mau kakak kya gini terus, apalagi pulang ke Seoul dengan masalah yang enggak selesai"
"Jujur aku bingung mau cerita ke kamu dari mana, intinya terakhir ada perkelahian yang besar banget sampai dia nyakitin hatiku. Aku kabur kesini karena enggak tahan sama suasana disana, bahkan aku mutusin untuk keluar dari kerjaan karena pemikiran sempitku. Dia sempat nemuin aku untuk minta maaf, tapi waktu itu aku masih marah banget sama dia" aku menahan air mataku yang mulai keluar
"Kak.. apa dia sengaja nyakitin kakak ? kalau emang ada unsur sengaja waktu itu, enggak usah dipertahanin. Tapi aku yakin kalo dia orang yang baik, dan aku percaya kalau dia terbaik buat kakak. Bukan karena aku fansnya jadi aku ngebelain, tapi karena aku tahu tentang dia meskipun enggak sedalam kakak"
"Aku rindu sama dia, tapi aku terlalu egois" air mataku keluar dari kelopak mata yang masih menutup
"Kakak enggak egois, siapapun yang disakiti pasti punya trauma untuk kembali" aku merasakan tangan adikku menghapus cairan yang mengalir dipipiku
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeon jungkook (전정국) Imagine
Fanfic⚠ NO PRIVATE ⚠ ~ 안녕하세요 ~ RANK #223 Fanfiction #11 imagine 14/10/18 #6 JustWriteIt 29/11/20 1st IN #정국 08/08/20 1st IN #전정국 08/08/20 1st IN #KOOK 08/08/20 1st IN #방탄 08/08/20 7th IN #kookie 29/9/18 20th IN #bts 21/10/18 20th IN #imagine 29/01/19 Cuma...