(4) Murid yang merepotkan

330 39 5
                                    

"Ada hantu!!!" Teriak Hiroshi setengah histeris.

"Hantu?" Tanyaku bersamaan dengan Iida.

"Iya! Sungguh, Iida Sensei! Sungguh mati aku melihat hantu itu, Takahashi Sensei!"

Aku berdiri dan memberikannya segelas air. "Sepertinya kau kelelahan, Hiroshi-san."

Hiroshi menggeleng. "Dia menatapku! Hantu itu menatapku! Dia pasti mengutukku sekarang. Tidak.. Aku akan pingsan."

"Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan, tapi dia benar-benar menakutiku sekarang." Kata Iida.

"Tidak apa-apa, Iida-san. Hiroshi-san biar saya yang tangani, kau sudah bisa pulang sekarang."

Iida ragu-ragu sebentar, namun dia lalu pamit kepada kami berdua segera setelah Hiroshi menjadi lebih ketakutan.

"Gadis itu mengutukku!!" Seru Hiroshi berkali-kali.

"Tenanglah, Hiroshi-san. Siapa gadis yang kau maksud?"

"Hantu gadis yang sering dibicarakan murid-murid itu, Sensei!! Yang katanya selalu muncul di malam hari! Berambut pendek dengan wajah menyeramkan, dia mengenakan seragam siswi sekolah ini lalu gentayangan mengutuk orang-orang yang bertemu dengannya!"

"Aku yakin kau hanya kelelahan, Hiroshi-san."

"Percayalah, Sensei! Oh astaga, aku ingin pulang saja!"

"Baiklah begini saja, bisa kau katakan dimana tepatnya kau melihat hantu itu? Lalu kita akan bersama-sama melihatnya."

"Sensei ingin aku melihat hantu itu lagi?? Aku akan dikutuk dua kali!"

"Kalau begitu saya sendiri yang akan pergi untuk membuktikannya. Dimana Hiroshi-san melihatnya?"

"Lantai dua. Ruang kelas. Ruang kelas itu gelap sekali." Kata Hiroshi sambil mengingat-ingat kembali. Aku menunggu sampai dia mampu mengingatnya dengan jelas. "Kelas Takahashi Sensei. Kelas 2-D"

Kelas 2-D. Tunggu dulu. "Kelas 2-D, gadis berambut pendek dengan muka menyeramkan, mengenakan seragam siswi sekolah ini."

"Ya. Ya. Itu dia!"

"Duduk di pojok ruangan." Tidak salah lagi.

"Sensei tahu darimana hantu itu duduk di pojok ruangan?? Memang benar. Tapi aku rasa dia tidak duduk. Dia melayang atau sesuatu seperti itu!"

"Aku akan segera kembali." Kataku lalu segera meninggalkan ruang guru.

"Jangan mati Takahashi-Sensei!!!"

Siapa juga yang mau mati?!

***

Aku setengah berlari menuju lantai dua ruang kelas 2-D. Lampu-lampu di sepanjang koridor sudah menyala otomatis, tidak ada lagi suara-suara murid yang beraktifitas klub dilapangan. Kalau dugaanku benar. Gadis itu pasti dia. Yume Tachibana.

Tapi kenapa gadis itu masih ada di sekolah di jam begini? Apakah orang yang ditungguinya belum muncul? Apakah orang itu muncul tapi dia ditolak? Lalu apakah karena patah hati dia menangis sendirian sampai malam? Aku tidak tahu.

Memikirkan dan membayangkan salah satu muridku menangis sungguh mengesalkan. Yume Tachibana, kau benar-benar merepotkan.

#Brukh!

"Tachibana!"

"Sensei?"

Ketika bertabrakan dibelokan tangga beruntung Tachibana dengan cekatan menggenggam lenganku, kalau tidak aku pasti jatuh dari tangga lantai dua.

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang