(8) Teman dan Nama Depan

273 39 1
                                    

Yume menatap lapangan luas diluar dengan malas. Saat home room tadi pagi dilakukan pergantian tempat duduk, namun saat itu dia sibuk mengejar Miyamura ke kamar mandi hingga tidak ikut berpartisipasi, akhirnya diputuskan agar dia tetap duduk di kursinya yang terletak di bagian belakang dalam kelas itu.

Parahnya, murid yang duduk tepat didepan Yume adalah Haruto Hijiri! Yume tidak keberatan siapapun duduk di depannya, bukan masalah siapa orang itu. Tapi dengan adanya Haruto Hijiri di depan Yume, gadis itu jadi sulit melihat ke papan tulis didepannya. Saat belajar sastra jepang tadi saja dia tidak bisa melihat wajah guru mereka yang pendek mungil di depan kelas karena terhalangi pundak Haruto.

"Ta.chi.ba.na.-san!"

Yume terlonjak kaget dari lamunannya. "Miyamura-san?"

Miya Miyamura duduk menyamping dikursi Haruto dan meletakkan sikutnya diatas meja Yume. "Yang tadi itu, terima kasih ya."

"Eh?" Yume mengerjapkan mata antara kaget dan tidak percaya. Miyamura-san mengucapkan terima kasih padaku. Otak Yume tiba-tiba membeku.

"Maaf juga ya sudah membentakmu tadi." Ucap Miya. Saat dirinya menenangkan diri di kamar mandi, Yume menyusulnya.

"Miyamura-san." Yume mendekati Miya di wastafel dengan kikuk.

Saat itu Miya sedang tidak ingin dilihat oleh siapapun, sehingga tanpa sadar suaranya terdengar lebih tajam dari yang ingin diperdengarkannya. "Kenapa kau mengikutiku?!"

Terkejut, Yume mengambil sapu tangan disaku roknya lalu menyodorkan sepenggal kain tak biru langit itu kepada Miya. "Sapu tanganmu jatuh. Kupikir kau mungkin membutuhkannya sekarang."

Miya mengambil sapu tangan itu tanpa berkata-kata. Saat selesai membasuh wajah di wastafel, dan mengeringkannya dengan sapu tanganny, Miya terkejut melihat Yume masih ada di sampingnya.

"Kenapa kau masih disini? Kembali ke kelas sana!" Ketus Miya.

Yume menggeleng. "Aku belum boleh pergi."

"Hah?! Kenapa?"

"Kalau aku pergi sekarang, aku akan melewatkan kesempatan untuk mengobrol denganmu."

Miya terdiam. Seketika saja dia seakan sudah mengerti siapa Yume Tachibana sejak lama. Dia teringat kembali kesan pertama bertemu dengan Yume. Saat itu Miya berpikir Yume adalah gadis sombong yang tidak ingin berbicara dengan siapapun dan lebih suka menyendiri. Tapi di depannya saat ini, berdiri Yume Tachibana yang sebenarnya belum pernah dia kenal sama sekali.

Miya membuang ingus dan mencuci tangan. "Ngomong apa sih? Memangnya ini saat yang tepat untuk mengobrol?"

Yume terlihat terkejut. Apa yang Miya katakan itu masuk akal untuknya, dengan salah tingkah Yume mundur selangkah, ragu apakah dia harus kembali ke kelas atau tetap menemani Miya walaupun ada kemungkinan Miya Miyamura akan membencinya karena memaksanya untuk mengobrol bersama.

Miya melirik Yume yang salah tingkah di sampingnya, lalu tiba-tiba tertawa. Yume terkejut melihatnya, Miya tertawa-tawa sampai memukul bibir wastafel dan memegang perutnya yang kesakitan tanpa bisa berhenti tertawa.

Yume panik. "Ada apa, Miyamura-san? Kau sakit? Perutmu kenapa?"

"Ya ampun.. Aduh perutku.." Miya menenangkan diri walaupun masih merasa lucu. "Tidak apa-apa kok. Aku baik-baik saja."

"Aku nggak pernah tahu kalau kau selucu ini, Tachibana-san. Kupikir kau itu orang yang suka menyendiri dan tidak punya selera humor. Tapi lihat, digertak saja kau sudah salah tingkah."

"Digertak?"

Miya mengangguk. "Aku tidak menganggap ini waktu yang salah untuk mengobrol, kok. Cewek-cewek biasanya berdandan sambil ngobrol di dalam kamar mandi juga, kan? Tapi, kau ini lucu, kalau ingin mengobrol pertama kali denganku, pilihan tempatmu romantis sekali."

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang