(60) Graduation

140 19 4
                                    

#Pooff!!

Konfeti meledak diatas kepala siswa-siswi. Saat ini mereka telah resmi lulus. Wajah-wajah ceria dan berseri-seri itu menghambur keluar dari aula. Pidato panjang kepala sekolah telah menutup perjalanan tiga tahun di bawah atap sekolah itu.

"Yume!" Kurumi berlarian sambil melambaikan tangannya. "Kita lulus! Senangnya!" Seru Kurumi.

"Akhirnya selesai juga. Pidato kepala sekolah benar-benar panjang dan membosankan." Kento merenggangkan seluruh tubuhnya yang pegal.

"Tapi kulihat kau tertidur selama kepala sekolah berbicara," Kata Haruto.

"Hahaha... Itu keuntungan buatku."

"Omedeto!" Ayah Kurumi turut hadir dan mengucapkan selamat atas kelulusan mereka.

"Terima kasih, paman," Ucap Yume, Haruto dan Kento.

Kurumi memeluk ketiga temannya dengan erat sampai-sampai mereka hampir sesak napas. Kento yang lebih dulu menjauh karena kesal bercampur malu. Yume memeluk Kurumi lebih lama, ini hari yang bahagia, tapi hari ini mungkin akan menjadi hari terakhir mereka bersama. Haruto menepuk kepala kedua teman mungilnya.

"Aku tidak ingin berpisah!!" Kurumi merengek dipinggang Yume.

"Tidak ada yang pergi dari negeri ini." Kento memutar bola matanya dengan berlebihan.

"Kau! Mudah sekali hidupmu, Kento. Sudah terjamin sukses dikemudian hari. Sudah pasti kau punya peluang pergi dari negeri ini, kan?! Tidak seperti aku yang buruk rupa ini."

Kurumi sering sekali menggunakan luka bakarnya sebagai lelucon seakan hal itu akan membuat teman-temannya tertawa. Walaupun tidak bermaksud merusak suasana, kebiasaan Kurumi sering membuat mereka sedih.

"Baka!" Haruto mencubit kedua pipi Kurumi.

"Heeeiii kalian!" Miya berlari sambil membawa kamera polaroid ditangannya. "Ayo berpose!"

"Wah... kau membawa kamera, Miya?" Tanya Yume.

Miya mengangguk dengan antusias. "Ini hadiah kelulusanku! Ayo, aku akan memotret kalian sekarang."

"Katakan cheese!" Seru Kurumi.

Beberapa kali mereka mengambil gambar bersama. Masing-masing dari mereka mendapat satu hasil foto polaroid sebagai kenang-kenangan.

"Yume, apa kau baik-baik saja?"

"Eh?" Yume bingung kenapa Kurumi menanyakan hal itu padanya.

Kurumi mengendikan bahu. "Kau tidak terlihat menikmati upacara kelulusan."

"Siapa juga yang akan menikmati hal seremeh ini?" Kento menyahut, lalu mendekati mereka bertiga dan berbisik, "Atap sekolah malam ini, tepat jam 8."

***

Jadi dengan rasa penasaran Yume sekuat tenaga melompati pagar sekolah, menerobos pertahanan lemah itu dibawah sinar bulan. Kaki Yume mendarat di taman belakang sekolah, hampir menginjak tanaman pakis yang dipelihara disana.

Suasana sepi dan gelap. Keheningan itu cukup menyeramkan untuk mendorong kaki Yume menjauhi daun-daun rimbun dibelakangnya. Yume malu-malu mendorong pintu darurat gedung sekolahnya, malu karena setiap gerak-geriknya terasa bagai pencuri amatir.

Yume menengok ke lorong-lorong koridor yang panjang, memasang pendengarannya dengan cermat selama beberapa detik sebelum yakin tidak ada satpam yang berkeliling. Yume melangkah dengan cepat saat matanya mulai beradaptasi dengan kegelapan disekitarnya namun tetap berhati-hati mencari tangga-tangga terdekat.

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang