(74) Kucing III

37 7 0
                                    

"Tachibana-san, apa kau tahu apa pekerjaan utama Nao?"

Pertanyaan yang sama dengan yang ditanyakan Miyuki. Yume tidak tahu, setahunya Nao memiliki banyak pekerjaan namun Nao sendiri belum pernah mengatakan apapun pada Yume secara terang-terangan tentang pekerjaan dan hal-hal pribadi lainnya.

"Apakah itu penting sekarang?"

"Ya, setidaknya kau harus tahu alasan kenapa sekarang Miyuki membenci Nao. Singkatnya, kami mengetahui bahwa Nao memiliki hubungan dengan ayah kami."

Reiji menghembuskan nafas dengan berat. "Kau menunjukkan ekspresi tekejut yang sama denganku saat mengetahuinya, Tachibana-san."

Nao datang ke Tokyo dengan impiannya yang besar, dia ingin menjadi artis, Nao itu berbakat namun di dunia yang sekarang ini, bakat saja tidak cukup. Dia kurang beruntung. Tokyo menuntut terlalu banyak dari Nao, dia hampir tidak dapat hidup di kota itu dan dipaksa pulang ke kampung halamannya, tapi Nao memiliki ego dan harga diri yang tinggi, dia tidak ingin kembali ke tempat asalnya apapun yang terjadi.

Pada akhirnya dia terjebak dengan pilihan-pilihan terbatas di depan wajahnya. Diperkenalkan dengan orang-orang yang semakin menjerumuskan dan mau tidak mau tenggelam mengikuti arus kehidupan Tokyo yang keras.

"Nao bekerja pada orang ini." Reiji menunjukkan foto seorang pria berpenampilan necis di layar smartphonenya.

"Aku belum pernah melihatnya."

"Karena gagal audisi disana-sini, Nao punya banyak hutang pada orang ini. Dengan pekerjaan kecil yang dia punya sekarang tidak mungkin dia bisa melunasi hutang-hutangnya."

"Apa kita perlu menemui orang ini?" tanya Yume.

"Aku sedang mencarinya. Walau terlihat gagah, dia ini hanya preman yang memeras keuntungan dari kesulitan orang lain. Seharusnya dia tahu dimana Nao sekarang."

Yume merasa duduk persoalannya kurang tepat. "Tetsuzou-san, kapan terakhir kali kau bertemu dengan Nao?"

"Empat hari yang lalu."

"Empat hari? Tapi terakhir kami bertemu adalah saat Nao akan pergi ke acara kencan buta satu minggu yang lalu."

"Aku tidak janji bertemu dengannya. Tapi saat aku sedang menunggu bus, aku melihat Nao duduk dalam bus di seberang jalan. Aku sangat yakin itu dia. Tapi saat aku mencoba menghubunginya dia tidak mengangkatnya sama sekali."

"Bukankah kita harus mulai dari siapa saja teman kencan Nao malam itu?"

"Yah, aku rasa aku mengenal beberapa dari mereka. Setahuku salah satu dari teman kencan Nao diacara itu adalah mantan pacar Miyuki. Yang harus kita tahu saat ini, apakah Nao memiliki klien setelah malam kencan buta itu."

Yume bisa merasakan kecemasan yang tulus dari Reiji, walau gadis itu tidak tahu hubungan seperti apa yang dimiliki antara Nao dan laki-laki dihadapannya, namun dia belum bisa memastikan apakah Reiji adalah orang yang dapat dipercaya olehnya.

"Hanya saja...," gumam Yume.

"Ada apa?"

"Tetsuzou-san, aku ingin menanyakan satu hal. Apa tujuanmu mencari Nao saat ini?"

Reiji menatap Yume dengan tatapan kebingungan. Reiji menunduk malu-malu dan beberapa kali meminum minumannya sebelum menjawab pertanyaan Yume. "Tentu saja karena aku mencemaskannya."

***

Terlepas dari masalah dimana keberadaan Nao saat ini, Yume juga memiliki masalah-masalahnya sendiri yang sudah cukup membuatnya pusing hanya dengan memikirkannya saja. Hal itu diperparah pertemuan dadakan tim bentukannya untuk proyek pertamanya bersama Kanna Mori.

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang