Azusa sibuk mengenakan kimono terbaiknya, Kakeru duduk menonton tv dengan santai sementara Yume mengeringkan piring-piring dan gelas yang baru selesai dia cuci.
"Yume-chan, apa kau tidak ada acara malam ini?"
Yume menggeleng saja.
"Sayang sekali. Jangan terlalu sering tinggal di rumah, sesekali pergilah dengan teman-temanmu."
"Ayo cepat, kita sudah terlambat!" Seru Azusa.
Kakeru langsung berlari keluar. "Bye-bye, Yume-chan!"
"Yume, jangan lupa kunci pintunya kalau kau punya rencana keluar malam ini. Kami pulang besok, hati-hati."
"Oh, iya." Azusa berhenti di depan pintu. "Hadiahmu sudah kuletakkan diatas mejamu ya!" Serunya.
Yume kaget, dia menoleh kearah pintu untuk mengucapkan terima kasih, namun Azusa sudah pergi. Kimono hijaunya terlihat cantik dan anggun saat dia memasuki mobil Kakeru.
Sejak liburan dimulai, Yume tidak melakukan apa-apa selain membersihkan flatnya, memasak untuk dirinya sendiri, lalu diwaktu luang dia akan merajut atau menggambar sketsa rajutan. Setelah mandi, Yume menyalakan tv untuk menonton berita. Karena tidak ada rencana keluar malam itu, dia akan menonton perayaan tahun baru diluar sana dari layar televisi.
***
Selang infus disuntikkan ke pergelangan tangan Nanami, dokter pribadinya mengelus kepala Nanami penuh kasih.
"Aku menyesal kau harus merayakan tahun barumu disini lagi." Kata dokter.
"Aku benci keramaian."
Sang dokter tersenyum. "Istirahatlah, jangan pikirkan apapun yang terlalu berat untukmu, oke?"
"Terima kasih, dok."
Jendela kamar tempat Nanami dirawat menghadap ke arah laut, bangunan-bangunan tinggi modern diluar sana tampak kecil dari rumah sakit yang terletak di perbukitan.
Kembang api pecah dilangit malam, cahaya kemerahan dan warna-warna megahnya menyilaukan. Nanami menatap kembang api itu dari jendelanya.
Seperti apa rasanya jadi kembang api? Cantik untuk sedetik saja, lalu meredup dan hilang. Pikir Nanami.
Nanami melihat pantai dibawah sana, keramaian manusia sepanjang pantai membuatnya gemerlapan. Warna pasir pantai itu mengingatkannya pada warna kulit Haruto. Saat memejamkan mata pun bayangan Haruto yang menangis disampingnya muncul tanpa diundang.
Akhirnya Nanami memilih untuk menonton tayangan Netflix yang dipilihnya secara acak dari tablet selebar buku milik dokter tadi sampai dia tertidur dengan sendirinya.
***
Kurumi memasukkan dua botol anggur dalam tas cantik berpita lalu memeluknya. Ayah Kurumi membuka bagasi lalu mengambil tas itu dari Kurumi untuk dimasukkan kesana.
"Tidak akan pecah, pa?"
"Tenang saja."
Ibu Kurumi mengunci pintu rumah. "Semua sudah siap?"
Kurumi dan keluarganya akan pergi mengunjungi kakek dan neneknya di malam tahun baru. Mereka langsung pergi dua jam sebelum tengah malam, sebelum jalanan penuh dengan pejalan kaki dan acara-acara meriah tahun baru.
"Kurumi, sudah pamitan sama Kento?" Tanya ibu Kurumi.
Mereka tidak tahu apa yang terjadi diantara Kento dan Kurumi beberapa malam yang lalu. Kurumi pun tidak ingin mengatakan apa-apa, jadi dia tersenyum dan mengangguk saja untuk menjawab pertanyaan ibunya.
Malam itu, saat kembang api menyala terang dilangit malam, Kurumi berpura-pura tertawa dalam canda tawa keluarganya. Setiap bunyi ledakan kembang api membuatnya ngilu, dia mengingat bagaimana tahun-tahun sebelumnya begitu meriah walau hanya dirayakan berdua saja dengan Kento.
***
Haruto membanting satu demi satu penantangnya dalam latihan judo malam itu. Latihan tanpa henti di malam tahun baru. Kaki dan tangan Haruto memberontak, tidak ingin diam.
"Bagus, bagus. Sudah cukup untuk hari ini."
Tsubasa Sensei membubarkan latihan malam itu. Para muridnya langsung berlari keluar gymnasium, mereka berlari mengejar waktu demi melihat kembang api terbesar di pusat kota.
"Haruto Hijiri,"
Tsubasa Sensei merangkul Haruto dengan bersahabat. Dia membawa murid kebanggaannya itu keluar gymnasium. Duduk dilapangan bersalju, keduanya merasakan angin yang sejuk merambat masuk. Keringat dari hasil latihan tadi perlahan menghilang.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Tsubasa Sensei.
Haruto mengangguk. "Mereka harus lebih fokus lagi-"
"Kau yang harus lebih fokus lagi." Sahut Tsubasa Sensei.
"Dengarkan aku, aku tidak tahu apa yang sedang menimpamu, tapi sebaiknya kau melupakan itu dan fokus pada tujuanmu. Pertandingan dua hari lagi, Hijiri."
"Tapi aku berhasil mengalahkan mereka semua, Sensei."
"Ya, kau berhasil. Tapi aku bisa melihat emosi dimatamu. Tidak biasanya kau membiarkan kemarahan menguasaimu."
"Maaf, Sensei."
Tsubasa Sensei menepuk bahu Haruto. "Apapun masalahmu itu, selesaikanlah sebelum pertandingan."
"Baik, Sensei."
Keduanya lalu menonton kembang api dari lapangan sekolah. Haruto memikirkan kondisi Nanami, dia berharap kesehatan gadis itu membaik, dan sebelum pertandingan, dia ingin bertemu Nanami sekali lagi.
***
"Kento!"
Kento berlari turun ke dapur dimana ayahnya sudah menunggu.
"Ada apa, yah?"
"Tolong bawakan ini ke keluarga Kusagawa. Cepatlah kembali, sebentar lagi teman-teman ayah akan datang."
Kento mengambil parsel diatas meja makan itu lalu membawanya keluar rumah. Dia merasa gugup untuk menemui Kurumi. Saat membuka pagar rumah gadis itu, Kento melihat lampu balkon depan kamar Kurumi tidak menyala.
"Selamat malam!" Seru Kento.
Tidak ada jawaban dari dalam rumah. Bel pintu terdengar menggema di dalam rumah itu, namun tidak ada seorangpun yang membuka pintu. Akhirnya Kento kembali sambil membawa parsel itu pulang.
Kento masuk ke dalam kamarnya, saat membuka lemari, pantulan jendela kamar Kurumi terlihat dicermin lemarinya. Kento mendekati jendela kamarnya, melompat kedalam balkon itu.
"Kurumi?" Kento masuk dari jendela kamar Kurumi yang setengah terbuka.
Kamarnya gelap. Tidak ada Kurumi disana. Saat Kento akan berbalik pergi, matanya menemukan bingkai foto yang diletakkan menghadap kebawah. Namun yang menarik perhatiannya adalah foto-foto kecil yang ditempel di dinding kamar Kurumi.
Beberapa foto itu dikenalnya sejak lama telah ada di dinding itu, beberapa yang lain sepertinya baru ditambahkan belakangan. Kento tersenyum melihat Kurumi tersenyum hangat di setiap foto. Sampai dia menemukan sebuah foto yang sangat dikenalnya.
Kurumi tersenyum ceria, deretan gigi rapinya terekspos. Kento memiliki foto yang sama di kamarnya, foto itu diambil saat mereka bertugas di hari festival budaya. Bedanya, difoto itu tidak ada Kento. Sebagian kertas dimana seharusnya Kento terlihat telah disobek dan hilang.
Kento menghembuskan nafas dengan berat lalu keluar dari kamar Kurumi. Mungkin itu sebuah pertanda bahwa mereka takkan pernah bisa kembali seperti dulu lagi, untuk selamanya.
Bunyi kembang api mengejutkan Kento. Dia terpanah melihat indahnya kembang api yang digadang-gadang sebagai kembang api terbesar tahun itu. Kento duduk bersila diatas genteng diluar kamarnya sambil menikmati pertunjukan kembang api sendirian.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice me, Sensei !
RomanceYume Tachibana, gadis polkadot yang jatuh cinta pada guru matematika. Yume gadis yang tertutup, selalu terlihat lelah dan tampak tidak menarik. Menjalani masa sekolah tanpa gairah anak muda, dia melanjutkan hidup seperti sebuah kewajiban hingga suat...