(62) New Place

102 20 7
                                    

Pagi di perkotaan memang berbeda. Yume menatap langit berkabut diatasnya, menanti-nanti hujan yang tak kunjung datang. Suhu turun drastis sejak hujan badai semalam. Jejak-jejak tangisan langit masih menggenang di lekukan jalan yang tak rata.

Mobil jeep hitam terlihat memasuki area apartemen. Mendekat dan semakin mendekat hingga akhirnya berhenti selangkah di depan Yume.

"Yume!!" Kurumi melambai dari bangku di sebelah Haruto lalu berlari keluar mobil.

"Hai, terima kasih sudah datang." Ucap Yume sambil balas memeluk sahabatnya.

"Habisnya mendadak sekali! Kenapa tidak kau beritahukan kepindahanmu setidaknya seminggu sebelumnya"

"Maaf, maaf. Soalnya tanggal masuk sudah langsung ditentukan setelah pembayaran pertama."

"Hei," Haruto menyapa.

"Yakin barang bawaanmu hanya ini saja?" Tanya Haruto sambil membuka pintu jok belakang untuk memperlihatkan barang-barang Yume dalam mobilnya.

"Hanya itu, kok. Terima kasih sudah mengantarnya."

"Jadi ini tempat tinggalmu sekarang..." Ucap Haruto lebih seperti pernyataan ketimbang pertanyaan.

Kurumi ikut menatap bangunan persegi panjang yang memanjang jauh ke belakang yang sedang ditatap Haruto dan Yume. Lantai-lantai bangunan itu bertumpuk-tumpuk menjulang tinggi.

"Ayo, parkirannya ada di sana." Ajak Yume.

Haruto mengenakan ransel besar di punggungnya, mendorong sebuah koper sepinggangnya dan tangannya yang lain memeluk tanaman bonsai yang diberikan Nanami untuk Yume. Kurumi menggandeng lengan Yume dan menariknya masuk.

"Kamarmu lantai berapa?"

Haruto mengekori mereka berdua ke dalam lift. Yume menekan tombol nomor 7 dan mereka pun ditarik naik ke atas.

"Wah, gedung ini punya sebelas lantai." Kurumi takjub menatap angka paling tinggi di tombol lift.

"Mirip apartemen," Ucap Haruto.

"Minus fasilitas-fasilitasnya. Lebih mirip kost-kostan." Ucap Yume.

"Kostan Elit!" Sahut Kurumi.

Pintu kamar terbuka. Cahaya matahari pagi tak menyentuh kamar Yume karena posisi jendelanya yang membelakangi arah matahari terbit. Dapur sederhana yang merangkap ruang makan langsung berhadapan dengan ruang duduk yang dilengkapi sofa dan sebuah tv.

"Dengan dua kamar?? Wow! Untuk tempat tinggal yang seharga 1juta won perbulan, ini termasuk yang paling keren!" Seru Kurumi.

Yume mengambil tanaman bonzai dari Haruto lalu mengantar Haruto ke ruang duduk karena Kurumi sudah sibuk membuka pintu-pintu kamar untuk memeriksa dan terus berkomentar dengan penuh semangat.

"Aku belum punya apa-apa di lemari es. Hanya ada air putih kalau mau." Kata Yume.

"Nanti biar kuambil sendiri saja. Ngomong-ngomong, apa benar biaya sewa tempat ini satu juta won sebulan?"

Yume mengangguk dan berkata, "Sudah termasuk air dan listrik."

Haruto menatap gedung-gedung yang tak kalah tinggi diluar pintu kaca. "Kau yakin akan betah di tempat ini?"

"Aku yakin tempat ini yang paling cocok untukku, setidaknya penghasilanku mencukupi."

"Maksudku bukan tempat ini. Tapi di sini, di kota ini."

Haruto mengakui bahwa diantara mereka berlima, Yume yang paling mandiri dan bisa selalu diandalkan. Dia tidak pernah mencemaskan keamanan Yume saat sahabatnya itu mulai tinggal seorang diri di rumah lamanya. Tidak pula terlalu mencemaskan masalah finansial Yume, karena selain Yume sangat menutup diri di bagian-bagian tertentu dalam hidupannya, Haruto tahu bahwa gadis itu selalu punya jalan keluar dari masalah. Namun semua itu berbeda sekarang.

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang