Yoshida Sensei menutup home room dengan membagikan kertas formulir pembagian jurusan (yang selanjutnya disebut fpj) kepada murid-murid kelas 2-A.
"Pikirkan baik-baik sebelum mengisinya, tidak perlu terburu-buru." Kata Yoshida Sensei.
"Baik, Sensei."
Haruto tanpa basa-basi langsung mengisi formulir itu sampai selesai. Nanami melirik Haruto dan ikut mengisi formulirnya sendiri. Kurumi berpikir dan menimbang-nimbang apa yang harus dia tulis. Kento melipat kertas formulir hingga berbentuk pesawat. Sementara Yume menatap fpj ditangannya tanpa berpikir, tanpa melakukan apapun.
"Psst.. Yume." Kurumi memanggil Yume.
Yume menoleh padanya. "Ada apa?"
Kurumi memastikan guru matematika mereka masih sibuk menulis di papan. "Sudah mengisi formulir itu?" Tanya Kurumi setengah berbisik.
Yume menggeleng. "Belum. Kurumi bagaimana?"
"Aku tidak tahu harus menulis apa. Ada banyak sekali yang ingin kulakukan, tapi aku tidak tahu yang mana yang benar-benar aku butuhkan."
"Oh.." Yume tidak mengerti apa yang dimaksud Kurumi. Kurumi memiliki banyak hal yang ingin dia lakukan, sementara Yume tidak tahu apa yang dia inginkan.
"Kalau Yume, kenapa belum mengisinya?"
"Aku belum memikirkan apapun."
"Eh?" Kurumi terkejut. "Tapi, sebentar lagi kita kelas 3 lho. Harus secepatnya dipikirkan lho."
"Aku tidak tahu-"
"Tachibana! Kusagawa!" Kazuki menegur Yume dan Kurumi.
"Ups." Kurumi cepat-cepat menghadap ke papan tulis.
Tachibana pun menatap Kazuki. Wajahnya datar saja. Kazuki mengalihkan pandangan, dia berusaha tidak menatap lama ke arah Yume. Sementara gadis itu terus menatapnya.
"Jika ada hal yang lebih penting dari pelajaran ini, kalian berdua bisa membicarakannya diluar sekarang." Kata Kazuki. Karena suaranya tanpa sadar terdengar begitu dingin, dia mencari-cari perubahan ekspresi Yume, namun gadis itu biasa saja.
Tiba-tiba Kazuki melihat mulut Yume bergerak. "Maaf, Sensei." Ucap Yume tanpa mengeluarkan suara.
Kazuki berhenti sebentar. "Tachibana, setelah ini temui aku di ruang guru."
"Eh?!"Kurumi terkejut dia menatap Yume lalu meminta maaf karena sudah mengajaknya mengobrol saat jam pelajaran.
Bel istirahat berbunyi. Kazaki melepas kacamatanya lalu merapikan buku-buku dari atas meja guru. Sekilas Kazuki menatap Yume sebelum dia keluar dari kelas itu.
"Maaf, Yume!" Sekali lagi Kurumi meminta maaf.
"Yume, lain kali kalau diajak ngobrol olehnya, pura-pura tidak dengar saja." Kata Kento.
"Hei jangan mengajari Yume berbuat jahat padaku!"
"Kan salahmu sendiri."
"Huh! Na-chan, bela aku dong.."
Nanami berpura-pura tidak mendengarnya. "Aku tidak dengar."
"Huaaa! Katakan sesuatu, Haruto!"
"Hmm?" Haruto terbangun dari tidurnya. "Ada apa?"
"Kau tidur terus dari tadi?" Kento takjub menyadari hal itu.
"Kenapa ribut sekali, sih?" Tanya Haruto.
"Mukamu jelek sekali saat tidur. Membuatku muak." Kata Nanami.
"Haruto! Kenapa Takka Sensei memanggil Yume ke ruang guru? Padahal aku juga membuat keributan, kenapa aku tidak ikut dipanggil?"
Haruto bersandar di kursinya. "Entah, ya."
"Tuh, kan. Haruto saja malas menanggapimu." Ketus Kento.
Kurumi menginjak kaki Kento. "Adu-du-duh!!"
Diam-diam Yume hanya memperhatikan. Dia tidak pernah ada dalam keramaian seperti ini. Rasanya menyenangkan sekali. Kurumi yang supel dan ceria selalu mengajaknya ngobrol, Kento yang jahil selalu berusaha membuat lelucon utuknya, Nanami selalu menemani Yume dalam ketenangan, Haruto selalu menjadi pereda keributan, dan Miya selalu mampir ke kelas mereka untuk menemui Yume.
Yume tersenyum. Benar-benar senyum yang berasal dari hatinya. Apakah ini yang namanya pertemanan? Apakah dia sanggup membawa berkah ini? Apakah dia pantas? Kalau boleh, aku ingin terus begini.
"Yu-yume..." Kento berhenti menggoda Kurumi. Mulut Kurumi ternganga lebar. Nanami mengerjap-ngerjapkan mata. Dan Haruto terdiam.
Mereka terkejut melihat senyuman Yume. Selama berada dikelas yang lama, belum sekalipun mereka melihat Yume tersenyum. Karena itu, mereka sempat tersihir selama beberapa detik memandangi pemandangan langka itu.
"Ada apa?" Yume bertanya ketika melihat mereka semua bengong. Wajahnya sudah kembali seperti biasa. Kelelahan.
"Yume!! Lakukan itu sekali lagi! Kumohon!" Seru Kurumi.
"Lakukan apa?"
"Ya, perlihatkan lagi. Akan kuabadikan." Kata Kento sambil mengarahkan kamera ponselnya.
"Aku tidak suka senyuman itu. Jangan sering-sering menunjukkannya." Yang artinya; Aku suka senyuman itu. Sering-seringlah menunjukkannya.
"Senyum?"
Sama seperti Kurumi dan Kento, Yume pun semakin mengerti sifat Nanami sejak mempelajari percakapannya dengan Haruto. Karena itu dia tidak tersinggung sama sekali.
"Yume, kau manis sekali saat tersenyum, lho. Coba lakukan lagi." Kata Kurumi.
Yume mencoba tersenyum atas permintaan mereka. Kedua sudut bibirnya terangkat, pipinya mengembang seperti donat, namun cuping hidungnya melebar dan ada kerutan diantara alisnya.
"Bukan itu." Kata Kento dan Kurumi bersamaan.
Nanami menghembuskan nafas kuat-kuat. "Senyuman yang dipaksakan mana bisa terlihat cantik?"
"Benar juga, ya. Kento! Lakukan sesuatu!"
"Apa?! Kau pikir aku ini badut??"
"Kau kan suka membuat lelucon! Lakukanlah sulaya Yume tertawa, dong!"
"Ogah kalau kau yang suruh!"
"Apa?!"
Sekali lagi perasaan hangat menyelimuti hati Yume. Dia senang melihat mereka, dia senang berada di dekat mereka semua. Kalau semenyenangkan sekarang, kenapa tidak dari dulu aku mencari kehangatan ini? Yume menyesali dirinya yang dulu. Namun sesuatu seperti menghantamnya.
Jika dulu Yume tidak menyendiri. Jika dulu Yume tidak terasingkan dari kelas. Jika dulu Yume memiliki banyak teman dan populer. Jika dulu Yume bisa melakukan semuanya sendiri. Jika dulu Yume tidak pernah menemukan atap. Takahashi Sensei!
Yume berdiri begitu tiba-tiba sampai teman-temannya terkejut. "Aku harus menemui Takahashi Sensei!" Katanya.
"Oh iya! Aku ikut, deh. Biar kujelaskan kalau aku juga salah." Kata Kurumi.
"Bagus deh, tahu diri."
"Diam kau, Kento!"
Yume menggeleng. "Tidak perlu, Kurumi. Aku baik-baik saja."
"Tapi-"
"Tenanglah. Yume tidak akan membencimu hanya karena ini. Iya, kan Yume?" Kata Haruto.
"Ya." Yume mengangguk yakin. "Aku senang Kurumi mengajakku ngobrol."
"Lain kali jangan pernah ngobrol kecuali saat jam pelajaran." Ketus Nanami.
"Artinya, teruslah mengobrol kecuali saat jam pelajaran." Kata Kento berusaha menerjemahkan maksud Nanami.
"Yumeeeee!!" Kurumi memelum Yume. "Maaf sebesar bulan!"
"Berarti kau tidak punya perasaan sebesar jupiter?" Kento menyeringai.
"Tidak apa-apa. Perasaan sekecil semut pun, asalkan tulus untukku, aku berterima kasih." Ucap Yume.
Sementara teman-temannya terharu mendengar itu, Yume pamit menuju ruang guru untuk memenuhi panggilan Kazuki.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice me, Sensei !
RomantizmYume Tachibana, gadis polkadot yang jatuh cinta pada guru matematika. Yume gadis yang tertutup, selalu terlihat lelah dan tampak tidak menarik. Menjalani masa sekolah tanpa gairah anak muda, dia melanjutkan hidup seperti sebuah kewajiban hingga suat...