(76) Cutter

35 11 7
                                    

Pernyataan Kazuki memenuhi kepala Yume, saking senangnya Yume sampai tidak sadar telah menekan tombol lift yang salah dan membuatnya berhenti di lantai apartemen Nao.

"Ah," Yume baru sadar ketika keluar dari lift. Saat itu dia berpikir tidak ada salahnya mencoba mengecek apartemen Nao sekali lagi. Yume mengetahui pin kunci apartemen Nao sebagaimana Nao juga mengetahui pin kunci apartemen Yume, hal ini disarankan oleh Nao jika ada keperluan mendesak antara mereka berdua.

Bagi Yume, Nao adalah orang terdekatnya, walau Kurumi dan Haruto sering berkunjung, atau Kento dan Nanami sering menghubunginya, namun kehadiran Nao sangat membantu Yume sepanjang lima tahun ini.

#Biip!
Pintu berat itu terbuka otomatis. Yume mendengar suara tv dengan volume sedang, segera saja dia yakin Nao telah kembali. Saat gadis itu hendak memeriksa dapur dia melihat pintu kamar mandi terbuka lebar.

#Ssssrrr... Air meluap dari kamar mandi. Yume hampir tergelincir jika saja dia tidak cekatan meraih bibir wastafel saat terkejut melihat Nao. Air bercampur darah menggenangi kaki Yume. Nao tak sadarkan diri.

"N-nao...? Nao!!" Yume mengangkat lengan Nao menuelamatkannya dari kehilangan lebih banyak darah. Segera dia merogoh ponsel dan menghubungi siapa saja yang ditemukannya di layar itu.

"Yume?"

"Sensei.. Nao.. Sensei,"

"Hei, ada apa?" Kazuki dapat merasakan getaran dan ketakutan dalam suara Yume.

"Tolong Sensei, Nao berdarah..." Yume mulai menangis.

"Berdarah? Apa yang terjadi?"

Sesegukan, Yume mencoba menjelaskan. "Sepertinya.. Nao berniat bunuh diri.. Sensei, tolong.. Apa yang harus kulakukan-"

"Tachibana!" Suara tegas Kazuki membuat Yume berusaha mengendalikan dirinya. "Sudahkah kau hubungi ambulance?"

"Aku langsung menelpon Sensei."

"Tenangkan dirimu. Aku belum jauh dari apartemen. Aku kesana sekarang."

Yume langsung menghubungi pusat gawat darurat setelah Kazuki menutup panggilannya. Tidak lama setelah itu Kazuki tiba bersamaan dengan mobil ambulance. Yume yang masih terguncang melihat sahabatnya tidak sanggup melakukan apapun selain menjawab pertanyaan-pertanyaan singkat Kazuki, pria itu dengan sigap mengambil alih keadaan sembari menyuruh Yume untuk tetap di mobilnya.

***

Reiji bergegas menghampiri Yume dan langsung menanyakan kondisi Nao. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Dua jam yang lalu mereka membawa Nao ke rumah sakit, usaha menyelamatkan gadis itu tidak memakan waktu lama. Para dokter yang bertugas berusaha bekerja secepatnya, setelah menemukan stok darah yang tepat bagi Nao, proses transfusi pun segera dilakukan. Reiji datang dengan tergesa-gesa, dia tidak bisa datang segera setelah Yume menghubunginya, namun dia sudah berusaha.

"Aku pulang dan menemukan Nao... Kita hampir terlambat menyelamatkannya."

"Sial!" Reiji mengumpati lantai rumah sakit.

"Sensei?" Yume menatap Kazuki yang baru saja kembali dari setelah berbicara dengan dokter yang menangani Nao.

"Tsukiyama masih belum sadar, dia sempat kehilangan banyak darah, tapi dia akan baik-baik saja setelah transfusi darah."

"Apa aku bisa masuk kesana?" tanya Reiji.

Kazuki menggeleng. "Dokter bilang kita tidak bisa menjenguknya sekarang. Saat ini sebaiknya kita biarkan dia beristirahat."

"Terima kasih, Sensei."

"Aku juga menerima panggilan dari bagian forensik dan kepolisian, mereka bilang kasus ini murni usaha bunuh diri, tidak ada tanda-tanda percobaan pembunuhan atau kekerasan lainnya."

Yume tidak tahu harus merasa lega karena tidak ada orang yang berusaha membunuh temannya atau semakin sedih karena nyatanya Nao sendiri lah yang ingin mengakhiri hidupnya. "Maaf sudah merepotkanmu, Sensei."

Kazuki mengelus rambut Yume. "Jangan terlalu cemas, serahkan semuanya padaku."

"Apa ada lagi yang mereka katakan?" tanya Reiji.

"Tidak ada, mungkin kita akan mendengar lebih banyak informasi setelah memberikan keterangan individu."

Benar seperti kata Kazuki, saat memberikan keterangan kepada polisi, mereka terkejut saat ditanyai tentang luka-luka di tubuh Nao yang merupakan jejak kekerasan yang belum lama terjadi. Yume bisa saja lebih terpukul jika sebelumnya Reiji tidak pernah mengatakan siapa sebenarnya Nao padanya, meski begitu dia tetap tidak bisa membayangkan apa saja yang telah dilalui Nao.

Keesokan hari setelah pulang kantor, Yume bergegas pergi ke rumah sakit. Disana Reiji sudah menunggunya, walau Nao belum sadar namun Reiji sudah menemaninya setelah diperbolehkan oleh pihak rumah sakit.

Yume menemui Reiji di kafetaria rumah sakit, saat dia datang laki-laki itu sedang terlihat marah dan tidak seperti biasanya. "Ada apa?" Yume langsung bertanya dan duduk di depan Reiji.

Reiji tidak mengatakan apa-apa namun mengeluarkan ponselnya kepada Yume. "Apa ini?" Yume mengambil ponsel itu lalu melihat sebuah situs yang terbuka di layar ponselnya.

Air muka Yume mengatakan yang dia pikirkan. Ini... Mustahil, bagaimana bisa mereka melakukan ini, pikir Yume.

"Aku akan menemukan siapa orang dibalik ini semua. Dia harus bertanggung jawab." Reiji mengepalkan tangannya.

"Tunggu," Yume mengerjap tidak mengerti. "Disini tertulis tanggal dan tahunnya, bukankah foto ini diambil bertahun-tahun yang lalu?"

"Dan itu yang paling parah bukan?"

Yume mengangguk. "Yang terburuk."

***

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang