Salju berjatuhan diatas tangan mungil Nanami, dia menjulurkan tangan keluar jendela kamarnya dan merasakan sensasi dingin salju diatas telapak tangannya.
"Masuklah, diluar dingin." Kata Haruto.
Haruto duduk bersila di kaki termpat tidur, tangannya sibuk memainkan konsol gim dan matanya terpaku pada permainan di layar tv didepannya.
"Rasanya menyenangkan tidak pergi ke acara itu." Kata Nanami.
"Kita bisa pergi lain kali, kondisimu sedang buruk, teman-teman bisa mengerti itu."
"Menurutmu mereka bersenang-senang tanpaku?"
Haruto mengangguk, "Mereka pasti bersenang-senang tanpa kita."
"Aku tidak pernah menyuruhmu datang."
"Aku lebih memilih merayakan malam natal bersama pacarku daripada sekumpulan orang-orang berisik itu."
"Merayakan apa? Dari tadi kau main game terus, tuh."
Haruto terkekeh, akhirnya dia menghentikan aksinya lalu menatap Nanami dengan iseng. Haruto mengoper konsol game yang satu lagi kedalam tangkapan Nanami.
"Bergabunglah denganku."
"Aku takkan kalah, kau tahu?"
Haruto menyeringai dan mengatur permainan itu untuk dua orang. "Ayo kita juga bersenang-senang."
***
Nanami terlihat begitu serius dalam permainannya, rasanya aneh karena permainan itu sudah sering kali dia mainkan namun sensasi keseruannya tidak sebanding malam itu saat dia bertanding dengan Haruto. Kemenangan saling berganti diantara mereka berdua, Nanami pun menyadari bahwa ternyata bermain game bersama seseorang lebih menyenangkan dibanding saat dia memainkannya seorang diri
"Wah-"
"Yes!"
"Arrgh!" Haruto mempererat konsol game ditangannya dengan frustasi.
Nanami menyeringai puas saat avatarnya dalam permainan itu mengungguli Haruto, dia duduk bersila dikarpet lantai walau Haruto telah memperingatkannya untuk duduk di tempat yang lebih hangat.
"Sudah kukatakan, aku tak bisa dikalahkan."
Haruto tersenyum masam, karena avatarnya telah kalah, dia memilih untuk meletakkan konsol gamenya dan mengelus Charanko si kucing kuning gendut peliharaannya.
"Aku tidak kalah, kau memang menguasai medan tempur itu karena dia sudah sering memainkannya. Benar kan, Charanko?"
Kucing itu menggeliat untuk melepaskan diri dari pelukan Haruto. Baru beberapa minggu yang lalu Haruto dan Nanami memungut Charanko dari dalam kardus dibawah jembatan di dekat sekolah. Nanami langsung jatuh cinta pada kucing kecil buntal itu dan bersikeras untuk memeliharanya.
Namun Haruto tahu bahwa Nanami tidak diperbolehkan memelihara hewan berbulu, karena itu Haruto lah yang membawa pulang Charanko dan memeliharanya, sementara Nanami akan diam-diam bermain bersama Charanko saat berkunjung ke rumahnya.
"Ah, aku belum pernah melewati bagian ini. Sepertinya ini agak sulit."
Charanko bersantai di dekat kaki Nanami, hewan itu menyukai Nanami lebih daripada Haruto. Sementara Nanami terus mengulangi kesalahannya yang menyebabkan dia tidak bisa melewati level itu, Haruto dengan gemas pun membantunya.
"Hei, aku bisa sendiri-"
"Harusnya kau mengambil item ini duluan. Lihat? Lebih mudah."
Tangan Haruto menggenggam konsol gim Nanami dari belakang tubuhnya, rasanya terlalu dekat dan hal itu membuat Nanami gugup seketika. Haruto terlalu fokus pada game itu dan tidak menyadari kedekatan mereka berdua sampai Nanami dengan gugup berdiri dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice me, Sensei !
RomanceYume Tachibana, gadis polkadot yang jatuh cinta pada guru matematika. Yume gadis yang tertutup, selalu terlihat lelah dan tampak tidak menarik. Menjalani masa sekolah tanpa gairah anak muda, dia melanjutkan hidup seperti sebuah kewajiban hingga suat...