"Yume?" Kento Kiriyama tekejut melihat Yume sendirian di perpustakaan. Dia menghampiri Yume namun ragu apa yang harus dia lakukan.
"Yu-yume?" Kento segera merogoh saku-saku seragamnya, berharap menemukan tisu atau sapu tangan untuk diberikan pada Yume.
Namun berapa kalipun dicari, Kento tidak memiliki benda-benda itu. Akhirnya dengan pasrah dia duduk di samping Yume. "Hei, kau baik-baik saja?" Tanya Kento sekedar basa-basi. Dia tahu Yume tidak sedang baik-baik saja, kalau iya, dia pasti tidak duduk sendirian dan menangis dalam diam.
Kento belum pernah melihat Yume menangis. Melihatnya tersenyum saja baru hari ini. Pikir Kento. "Apa terjadi sesuatu?" Tanyanya. Yume diam saja. Jejak air mata mulai mengering dipipinya.
Bingung, Kento duduk saja menemani Yume. Kento bukan laki-laki yang mengerti bagaimana cara menghibur orang yang menangis, dia memang sering membuat lelucon atau melakukan hal-hal konyol dan membuat orang lain tertawa bahkan kesal padanya. Tapi kali ini dia bingung apa yang harus dia lakukan. Leluconku saat dikelas saja selalu gagal padanya, apalagi saat dia sedang menangis seperti ini?! Pikir Kento.
Yume seakan baru menyadari keberadaanku. Dia segera mengusap matanya. "Kiriyama-san?"
"Hei. Aku mengganggumu, ya?"
Yume menggeleng. "Kau melihatnya ya?"
"Yap. Maaf ya sudah melihatmu. Kalau boleh tahu, apa ada masalah?"
"Bukan apa-apa."
"Hmmm... kau belum pulang?"
"Ada buku yang ingin kubaca."
Padahal tidak ada buku apapun ditangannya. Penjaga perpustakaan pun sedang keluar sebentar, sementara siswa-siswa yang belajar di sana hanya memandang Yume keheranan. Kento langsung tahu bahwa Yume tidak ingin pulang dalam keadaan seperti itu.
"Hei, bisa temani aku sebentar tidak?"
"Kemana?"
"Kalau mau ikutlah denganku. Pulangnya gak akan malam-malam banget deh."
Setelah Yume setuju mereka berdua pergi ke stasiun. Yume tidak bertanya apa-apa lagi dan mengikuti Kento saja. Selama perjalanan, Kento terus berbicara mengenai banyak hal dan hanya ditanggapi seperlunya oleh Yume.
"Nah, dari sini kita tinggal naik bis. Tenang saja, aku yang bayari ya."
"Terima kasih."
"Hei, aku kan yang mengajakmu."
Di dalam bis, Yume duduk bersama Kento dikursi untuk dua orang. Kento terus berusaha mencairkan suasana sampai satu titik dimana Yume tertawa juga pada akhirnya. Melihat kesempatan itu, Kento memberanikan diri untuk bertanya apa yang terjadi pada Yume di perpustakaan tadi.
"Tapi kalau kau tidak ingin menceritakannya, aku tidak akan memaksa."
"Itu..." Yume menatap Kento dengan serius. "Jantungku tiba-tiba sakit."
"Sakit jantung???" Kento terkejut. "Kau punya semacam penyakit keturunan atau apa?"
Yume segera menggeleng. "Aku yakin bukan sakit yang semacam itu."
"Oh.. memangnya ada sesuatu yang terjadi sebelumnya?"
Yume terdiam sebentar, ragu apakah dia harus menceritakannya. Yume tidak biasa bercerita ataupun berbicara panjang lebar, tapi mengingat kata-kata Kazuki sebelum dia meninggalkan Yume sendirian di perpustakaan membuatnya ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkannya, dan kenapa dia menangis. Yume pun menceritakan apa yang dia dan Kazuki lakukan di perpustakaan, juga tentang pengakuannya walau dia sendiri tidak tahu bahwa itu adalah bentuk pengakuan rasa suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice me, Sensei !
RomanceYume Tachibana, gadis polkadot yang jatuh cinta pada guru matematika. Yume gadis yang tertutup, selalu terlihat lelah dan tampak tidak menarik. Menjalani masa sekolah tanpa gairah anak muda, dia melanjutkan hidup seperti sebuah kewajiban hingga suat...