Perlahan Yume membuka mata. Suara-suara disekitarnya menyadarkan Yume lebih dulu, kemudian kilau lampu putih merayap masuk dalam pupilnya.
"... kau bisa mendengarku?" Azusa bertanya.
"Dokter.."
Yume melihat Azusa dan Kakeru menatapnya lalu datang seorang wanita berjas putih dan memeriksa keadaan Yume. Bau antiseptik dan pembicaraan antara wanita itu dengan Azusa dan Kakeru membuat Yume sadar dia berada di rumah sakit.
Yume menyentuh kepalanya, tempat dia merasa nyeri. Perban menutupi lukanya, membalut lukanya dengan baik. Yume berusaha bangki, namun Kakeru dengan cepat menahan pundaknya.
"Hei, berbaring saja sana." Kata Kakeru.
Dokter yang menangani Yume tersenyum lalu mengatakan beberapa hal yang tidak Yume mengerti. Tapi dari wajah Kakeru dan Azusa, sepertinya keadaan Yume tidak buruk, dokter itu pun menyarankan agar Yume beristirahat di rumah sakit.
"Tidak." Yume dengan cepat menolak.
"Apa maksudmu?" Kata Azusa dengan tajam menatap Yume.
"Aku ingin pulang."
Kakeru menggeleng. "Yume-chan, keadaanmu memang tidak buruk, tapi dalam kondisi seperti ini, kau tidak mungkin tinggal sendirian di rumah, kan?"
"Aku ingin pulang."
"Terserah sajalah." Ketus Azusa. "Kakeru, tolong ya." Katanya sambil menyerahkan resep obat yang perlu ditebusnya.
Dokter mengantar Kakeru keluar meninggalkan Azusa dan Yume di dalam ruangan itu bersama beberapa pasien lainnya. Yume bangkit duduk dan meneguk segelas air yang diberi Azusa, kemudian Azusa menerima panggilan masuk di ponselnya dan mulai berbicara dijendela.
"Kakeru sudah mengurus semuanya." Kata Azusa.
Azusa duduk dikursi terdekat lalu mengambil rokok dari sakunya, namun dia tidak jadi merokok karena sadar dimana dia berada sekarang. Tanpa perlu Azusa jelaskan, Yume sudah tahu bahwa semua obat dan biaya rumah sakitnya dibayar oleh Kakeru. Walaupun Yume tidak menyukai keberadaan Kakeru, dia harus mengakui bahwa pacar Azusa itu sudah banyak membantu mereka.
Azusa mendesah kesal. "Si brengsek itu." Geram Azusa. "Kalau aku bertemu dia lagi, akan kuseret dia ke kantor polisi."
"Dimana ayah sekarang?"
"Jangan tanya padaku." Bentak Azusa.
"Setelah melihatmu pingsan dan berdarah, dia jadi gila. Langsung berlari dengan barang-barangnya."
"Sertifikatnya?"
"Aman." Kata Azusa. "Entah bagaimana dia menjatuhkannya ditangga, dia tidak sempat mengambilnya kembali karena aku sudah menelpon polisi, Kakeru juga tiba lebih dulu. Sertifikatnya aman."
Yume menarik nafas dengan lega. "Kenapa ayah membutuhkan sertifikat itu?"
"Sudah pasti dia ingin menjualnya. Kau tidak lihat matanya saat itu? Benar-benar bertekad untuk melakukan apa saja demi sertifikat bodoh itu."
Yume diam saja, dia ingat betul tatapan ayahnya yang aneh dan sikapnya yang sangat berbeda dengan ayah yang dia kenal. Emosinya yang berubah tiba-tiba, matanya yang merah dan tak bisa fokus pada satu titik untuk waktu yang lama.
"Aku rasa dia terlibat sesuatu yang berbahaya." Gumam Azusa.
"Azusa-chan!" Kakeru memanggil Azusa.
"Nah, aku harus pergi sekarang, cepat pakai jaketmu. Kami akan mengantarmu pulang sebelum kembali bekerja."
Yume menggeleng. "Aku bisa pulang sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice me, Sensei !
RomanceYume Tachibana, gadis polkadot yang jatuh cinta pada guru matematika. Yume gadis yang tertutup, selalu terlihat lelah dan tampak tidak menarik. Menjalani masa sekolah tanpa gairah anak muda, dia melanjutkan hidup seperti sebuah kewajiban hingga suat...