(54) Catwalking

120 22 8
                                    

"Tachibana-san, setelah ini giliranmu," Ucap ketua klub fashion.

Yume hanya bisa mengangguk sembari menelan kekeringan dalam mulutnya. Jantungnya berdegup kencang, bayangan akan tatapan-tatapan seluruh siswa dan para pengunjung memenuhi benaknya, membuat Yume merasa mual dan pusing.

"Yume!" Miya berlari masuk ke dalam tenda dengan nafas tersenggal-senggal.

"Miya-chan? Apa kau baru saja kembali dari lomba orkestra?"

Miya mengangguk sambil berusaha mengatur pernafasannya. "Maafkan aku, Yume. Aku sudah berusaha agar datang lebih cepat, tapi ternyata memang tidak bisa."

"Tidak apa-apa, bagaimana lombanya?"

"Jangan, jangan pikirkan lomba itu. Kau harus bersiap-siap sekarang."

"Aku sudah siap. Sepertinya," Ucap Yume dan tersenyum gugup.

Miya baru menyadari penampilan Yume. Gaun putih mewah bertabur manik-manik hiasan berbentuk bunga liar melingkar disepanjang rok kembungnya. Warna putihnya sangat cerah, renda-renda sederhana tidak membuat gaun itu tampak berlebihan, pita satin yang melingkari pinggang ramping Yume membuat siluet gadis itu semakin sempurna bagai model sungguhan.

"Aku... kehabisan kata-kata," Ucap Miya. "Kau sungguh sangat cantik!"

"Aku juga berpikir gaun ini terlalu cantik untukku. Memang lebih cocok untuk Miya-chan daripada untukku."

"Kau bercanda?? Aku bilang kau sangat cantik. Iya, kau, Yume. Bukan hanya gaunnya."

"Aku takut dipandang aneh, rasanya seperti tidak cocok saja."

"Bagaimana mungkin? Yume, kau sangat pantas mengenakan gaun ini. Lagi pula, kau lah yang mendesain gaun ini dan berperan paling banyak dalam mengerjakannya, kan? Tidak ada yang lebih pantas untuk mengenakannya selain kau, Yume."

Yume tersenyum. "Terima kasih, Miya-chan."

"Sungguh akan tambah sempurna jika diperagakan dengan pasangan. Kau akan terlihat seperti pengantin sungguhan."

"Kalau begitu lebih baik aku sendiri disana daripada dikira benar-benar akan menikah."

Miya dan Yume menertawakan bayangan itu. Gaun pernikahan yang indah dan gadis cantik yang memakainya, entah bagaimana terkesan sepi sekaligus tangguh tanpa pasangannya.

"Tachibana-san, sekarang giliranmu."

Yume mengangguk. "Baik, ini saatnya."

"Tidak perlu gugup, bayangkan saja kau sedang berada dalam pernikahanmu sendiri," Ucap Miya.

Bunyi musik dansa berganti menjadi lebih lambat dan lebih romantis untuk menyambut dan menemati penampilan Yume diatas panggung. Lampu sorot menemhkan Yume dan gaunnya, menyoroti gadis itu dari kaki hingga kepala.

Tuk... Tuk... Tuk...

"Oh my God!" Nanami menutup mulutnya saking tak percaya.

"Astaga," Kurumi hampir menitikkan air mata.

"Yume," Gumam Kento.

"Cantik," Haruto mengangguk setuju.

Tuk... Tuk... Tuk...

Yume menghitung-hitung langkahnya dengan gugup. Tersenyum pada keempat temannya di baris depan dengan kikuk. Pikirannya keruh. Tatapan-tatapan itu membuatnya mual. Kepalanya pusing saat dia berbalik ke arah panggung. Satu putaran lagi, pikir Yume.

Kaki Yume seakan tidak ingin kembali menghadap para penonton, dia ingin melangkah lurus saja, ingin segera kembali bersembunyi di balik panggung, namun mendengar suara Nanami dan Kurumi yang meneriakan namanya, juga melihat wajah penuh harap Miya dibawah panggung, Yume memejamkan mata. Dia teringat kata-kata Miya dan akhirnya kata-kata itu berhasil memacunya untuk tak berhenti.

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang