(42) Pertandingan Haruto

128 18 0
                                    

Semua nafas tertahan. Mata-mata mereka menatap arena pertandingan dengan takjub, tidak percaya. Adegan kilat itu berlangsung lama dalam pandangan mereka. Saat Haruto berhasil dijatuhkan sorak sorai penonton bergemuruh.

#Teng Teng Teng Teng !!!

Hanya bunyi lonceng menit ke 20 yang dapat membuyarkan lamunan pendukung Haruto. Saat tersadar, Haruto tidak lagi berada di arena. Melihat langkah kaki Haruto kesulitan membawa bobot tubuh tingginya, Kurumi yang berada paling dekat dengan tangga turun langsung mengejarnya.

Miya dan seluruh pendukung Haruto bertepuk tangan pada pemenang yang tersenyum ditengah-tengah arena, wajah mereka datar. Apa yang baru saja mereka saksikan? Kekalahan pertama seorang Haruto Hijiri.

"Haruto," Kurumi tergesa-gesa mendekati para anggota judo yang telah mengerumuni Haruto.

"Kau baik-baik saja?"

Entah siapa yang bertanya, Haruto tidak bisa memastikannya. Satu hal yang dia tahu, hari itu dia telah gagal. Haruto mengambil handuk yang diserahkan padanya dan menutup wajah diatasnya. Mereka terdiam, mengira dia mungkin menangis. Namun Haruto hanya menyeka keringatnya.

"Kau sudah melakukan yang terbaik." Kata Tsubasa Sensei.

"Aku gagal, Sensei."

"Senpai!" Para anggota judo junior menangis.

"Kau telah berjuang, itu bukan sebuah kegagalan."

"Hijiri-san, kita semua telah melakukan yang kita bisa. Tidak peduli kami tak berhasil mencapai babak final."

"Tidak peduli siapa juaranya. Kita mengikuti kejuaraan ini bukan hanya untuk medali dan piala itu."

"Benar. Kita datang ke tempat ini untuk mengukur kemampuan kita."

"Dan karena kita telah tahu sejauh mana batasan diri kita sendiri, maka kita harus lebih banyak berlatih untuk melampaui batas itu "

Tsubasa Sensei tersenyum pada setiap anggota judo dengan bangga. "Jangan menyerah." Katanya pada mereka semua saat matanya tertuju pada Haruto.

"Terima kasih semuanya." Ucap Haruto.

"Kalian, ambil semua barang kalian. Kita tidak punya urusan lagi disini."

"Eh??" Para anggota judo merasa keberatan.

"Sensei, tunggulah sampai acaranya selesai."

Tsubasa Sensei menatap mereka dengan penuh selidik. "Memangnya kenapa?"

Salah satu diantara mereka maju dan dengan malu-malu menjawab, "Kami ingin melihat penampilan Sweet Sweet Stars."

"Dasar BUCIN!" Bentak Tsubasa Sensei. "Cepat kemasi semua barang kalian."

"Haruto Senpai dan Sensei sendiri bagaimana?"

"Aku tentu ingin melihat Sweet Sweet Stars." Tsubasa Sensei menggosok hidungnya dengan genit.

"Ini sih tidak adil."

"Diskriminasi!"

Para anggota klub judo berbondong-bondong mendorong Tsubasa Sensei keluar dari ruangan itu menyisakan Haruto sendirian. Bersyukur akhirnya dia memiliki waktu untuk menyendiri dan mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

Kuncian kaki dan cara lawannya mengangkat pinggangnya lalu menjatuhkannya seakan dia tak lebih dari sekedar sekarung beras. Cara penguncian yang sudah bisa dia tebak, teknik serangan yang dia tahu takkan pernah mempan padanya, hingga detik-detik saat dia sadar dinginnya permukaan matras. Aku memang bodoh.

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang