"Maaf telah memberimu begitu banyak masalah. Sensei."
"Jangan bicara yang aneh-aneh, kau demam. Tunggu sebentar, akan kuambil-" Kazuki ingin bangkit berdiri, namun tangan Yume tak ingin melepaskannya.
"Setiap aku tersesat, yang kudatangi hanya Sensei. Setiap kali aku kesulitan, hanya Sensei yang membantuku. Selalu melibatkan Sensei." Suaranya terdengar seperti seseorang yang kesakitan.
"Pada akhirnya aku sadar telah bergantung terlalu banyak kepada Sensei. Tapi yang bisa kupikirkan, satu-satunya yang bisa kuminta tolong selama ini hanya Sensei."
"Kau mungkin sudah lupa, tapi aku ingat permintaanmu saat itu."
"Permintaanku?"
Kazuki mengangguk, dia berlutut di depan Yume. "Dengar, aku takkan berhenti mencemaskanmu."
"Sensei, jantungku berdebar-debar."
"Ya, karena kau demam." Kazuki segera meraih tangan Yume. Suhu tubuhnya memang semakin tinggi.
"Ini bukan demam..."
"Aku punya obatnya," Kazuki berjalan ke seberang ruangan, membuka laci lemari kerjanya dan mencari-cari obat yang dimaksudkannya.
"Kalau ini demam," Kata Yume dengan suara parau. "Kenapa dadaku sesak sekali setiap berada didekatmu?"
Kazuki jelas mendengarnya, namun dia sibuk mencari obatnya dan tidak ingin menoleh sebentar saja, dia tahu dia bisa saja lengah saat itu juga.
"Kenapa Sensei terus muncul dalam benakku?"
Kazuki mencari dan kemudian menemukan salah satu obat yang dia konsumsi saat dia demam, dia membuka lagi laci yang lainnya untuk melihat obat yang lain. Saat menemukannya dia menghampiri Yume.
"Kenapa rasanya mau mati setiap kau menghindariku?" Tanya Yume.
Dikeluarkannya sebuah pil dari botol obat ditangan Kazuki, dia juga membuka bungkusan obat yang lain dan menyodorkannya pada Yume. "Minumlah, obat ini bisa dikonsumsi sebelum makan."
Yume menelan obat itu satu persatu, lalu meneguk air minum hangat yang disediakan Kazuki. "Setelah ini makanlah, Iida Sensei membawakanmu makanan sebelum dia pergi."
"Iida Sensei?" Yume terkejut. Dia lalu teringat apa yang dilihatnya di ruang fotocopy pagi tadi. Lalu kenyataan bahwa Iida tahu dan mungkin sering berkunjung di rumah Kazuki membuat Yume merasa sedih sekaligus marah.
"Aku akan pulang." Kata Yume tiba-tiba.
"Kondisimu masih belum-"
"Aku menyukaimu, Sensei."
Yume berdiri. "Aku menyukaimu. Menurutmu, aku sanggup makan makanan yang diberi tunanganmu?"
"Apa maksudmu?"
"Menurutmu aku bisa berlama-lama di tempat ini, kalau setiap mataku tertuju, ada bayangan Iida Sensei memenuhi ruangan ini?"
Kazuki lalu sadar, hubungan palsu antara dia dan Iida memang belum mereda gosipnya di sekolah. "Tachibana-"
***
Tachibana berlari menuju pintu apartemenku. Sebelum dia melangkah lebih jauh, aku menarik lengannya kembali dan mendekap gadis itu dengan sungguh-sungguh tapi juga lembut dan perlahan membelai rambutnya.
"Kau membuatku gila."
"Tolong lepaskan aku."
"Tidak akan."
Tachibana memukul dadaku, dia mencoba melepaskan diri, namun aku tidak ingin melepasnya saat itu.
"Jangan peluk aku kalau kau tidak benar-benar memikirkanku, Sensei."
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice me, Sensei !
RomanceYume Tachibana, gadis polkadot yang jatuh cinta pada guru matematika. Yume gadis yang tertutup, selalu terlihat lelah dan tampak tidak menarik. Menjalani masa sekolah tanpa gairah anak muda, dia melanjutkan hidup seperti sebuah kewajiban hingga suat...