Yume Tachibana.
Seperti yang sudah kuduga. Nama itu berada diantara nama-nama lain diatas kertas pendaftaran. Syukurlah kalau begitu. Lima hari setelah pendaftaran, kertas itu akhirnya dilepas dari papan.
"Kerahkan seluruh semangat kalian. Bagi yang selalu bangun siang di akhir pekan, hentikan kebiasaan itu. Bus jemputan tidak akan menunggu kalian. Paham?"
"Paham, Sensei!"
"Bawa semua perlengkapan menginap kalian. Siapkan pakaian ganti untuk empat hari. Dilarang membawa majalah dewasa dan gim."
"Baik, Sensei!"
"Ada pertanyaan?"
"Takka Sensei! Apa kami diperbolehkan membawa makanan ringan?" Tanya Miyamura
"Ya. Boleh saja. Tapi kalian tidak perlu mencemaskan camilan, mereka punya mesin penjual otomatis. Kita akan pergi ke Kota F, bukan ke hutan." Setelah itu tidak ada pertanyaan lagi.
Tepat pukul 8 rabu pagi seluruh murid kelas 2 berkumpul di lapangan sekolah. Mereka berbaris sesuai urutan kelas sambil menunggu absensi oleh wali kelas masing-masing. Beberapa murid masih terlihat berlarian dari arah gerbang dan melapor di kelas masing-masing. Sementara itu deretan bus yang akan membawa seluruh rombongan sudah menunggu diluar gerbang.
Kuserahkan tugas absensi kepada Miyamura selaku ketua kelas, sementara aku memilih empat murid untuk menjadikan mereka sebagai petugas kesehatan sementara selama karyawisata. Kami beserta tim kesehatan kelas lain mengambil keperluan wajib seperti kotak P3K dari ruang UKS.
"Sensei, kami juga memerlukan obat maag dan pereda sakit kepala. Ah, juga minyak aroma terapi." Kataku pada dokter sekolah.
Setelah menjadi wali kelas, aku membuatkan daftar keperluan khusus murid berdasarkan laporan tertulis masing-masing wali kelas terdahulu mereka. Dalam daftar itu ada empat orang murid yang ikut karyawisata memiliki riwayat maag, karena itu aku perlu menyediakan obat maag walaupun mereka sendiri pasti membawanya.
Obat sakit kepala itu khusus untukku sekaligus berjaga-jaga jika ada yang memerlukannya. Sementara itu, minyak kayu aroma terapi dibutuhkan bagi delapan muridku yang mabuk kendaraan.
Dokter sekolah memberikan apa yang kuminta dalam sebuah dompet obat bening. "Takahashi-san, jangan lupa mencatat setiap pemakaiannya, kalau-kalau nanti perlu dipertanggung jawabkan."
"Tentu, Sensei. Terima kasih."
Seluruh murid sudah masuk ke bis masing-masing, aku kembali tepat pada waktunya. Di dalam bis yang akan segera berangkat, Miyamura memberikan kembali buku absen untukku.
"Takka Sensei, sepertinya Yume tidak ikut dalam karyawista."
"Yume Tachibana?" Aku memeriksa buku absen. Namanya ada dibuku itu, namun orangnya tidak terlihat dimanapun.
"Kau yakin sudah mencarinya, Miyamura? Apa mungkin dia salah naik bus?"
Miyamura menggeleng. "Sejak tadi kami sudah mencarinya, Sensei. Aku pikir mungkin dia terlambat. Tapi sampai sekarang dia tidak muncul juga."
"Bisa kau hubungi dia?"
"Aku tidak tahu bagaimana menghubunginya karena dia tidak memiliki handphone, Sensei."
Tachibana memang tidak memiliki telepon genggam, dia juga tidak memiliki telepon rumah. Satu-satunya keterangan di biodata Tachibana adalah alamat rumahnya.
"Takka Sensei! Kenapa kita belum berangkat?" Seru Yamashita.
Bus-bus yang memuat kelas lain sudah berjalan menjauhi kami. Aku tidak mengerti kenapa sampai saat ini Tachibana belum muncul juga. Jam dipergelangan tanganku menunjukan pukul 9 tepat. Bus tidak bisa menunggu lagi, menjelang hari libur jalanan akan macet disiang hari, dan kami harus tiba tepat pada saat makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice me, Sensei !
RomanceYume Tachibana, gadis polkadot yang jatuh cinta pada guru matematika. Yume gadis yang tertutup, selalu terlihat lelah dan tampak tidak menarik. Menjalani masa sekolah tanpa gairah anak muda, dia melanjutkan hidup seperti sebuah kewajiban hingga suat...