(43) Luka

144 21 0
                                    

Kurumi tidak tahan mendengar erangan Haruto, teman-temannya menunggu diruang tunggu rumah sakit dengan cemas sementara Tsubasa Sensei menemani Haruto di ruang pemeriksaan. Iida Sensei, Yume dan Kento menyusul ke rumah sakit setelah mendengar kabar dari Miya.

Kurumi menempelkan minuman hangat kepipinya. Saat mengingat bagaimana Haruto kesakitan, rasanya dia ikut merasa sakit. Dia sudah curiga saat melihat Haruto berjalan dengan kaki pencang, namun dia tidak menyangka bisa melihat seorang Haruto merintih kesakitan seperti itu.

"Kurumi,"

Kurumi terkejut dari lamunannya, tapi lebih terkejut lagi saat melihat Kento menghampirinya.

"Boleh aku duduk disitu?" Tanya Kento sambil menunjuk kursi kosong di samping Kurumi.

Kurumi mengangguk saja, dia merasa gugup dan canggung setiap kali bertemu Kento sejak malam natal. Walaupun dia tahu tidak ada yang salah diantara mereka, namun setiap kali mengingat ciuman itu Kurumi selalu merasa sedih dan tersakiti.

"Bagaimana keadaan Haruto?"

"Aku belum tahu."

"Kurumi, bisakah kita bicara tentang malam itu?"

Tangan Kurumi meremas gelas styrofoam di tangannya namun berhati-hati agar minumannya tidak tumpah. Inilah yang tidak ingin dia lakukan ketika bertemu Kento. Berbicara tentang malam itu akan membuatnya semakin malu pada diri sendiri.

"Aku minta maaf atas apa yang kulakukan padamu malam itu."

"Tidak ada yang perlu dimaafkan."

"Aku tahu kau akan berkata seperti itu. Tapi aku sungguh menyesal. Ini salahku-"

"Kau bodoh, ya?" Bentak Kurumi. "Yang menciummu itu aku! Aku yang mulai!"

"Apa aku harus berkata begitu dulu agar kau paham bahwa kau tidak perlu meminta maaf atas apapun. Semuanya sudah terjadi, setidaknya jangan anggap itu sebagai suatu kesalahan."

Kurumi tidak ingin Kento meminta maaf atas apapun yang terjadi malam itu. Kebenarannya adalah dia tidak merasa dipermainkan sama sekali, dia bahkan merasa bahagia walau sebentar saja. Namun sepertinya Kento tidak merasakan hal yang sama.

"Aku marah padamu bukan karena ciuman bodoh itu. Aku marah karena kau dengan entengnya menyuruhku untuk melupakannya. Seakan kau ingin lari dari kenyataan bahwa hal itu telah terjadi."

Kento menatap Kurumi. "Aku tidak ingin kau punya perasaan seperti itu padaku. Aku tidak pantas mendapatkannya darimu."

Kurumi begitu kecewa mendengar apa yang baru saja dikatakan Kento. "Tidak ada yang bisa mengukur seberapa pantas mereka bagi orang lain. Tidak ada, kecuali kau menanyakannya langsung pada orang itu. Dan kalau kau bertanya padaku, jawabannya akan selalu sama."

"Kurumi, kuharap kau bisa menemukan orang yang lebih baik."

Kurumi memaksakan tawa dibibirnya. "Aku ditolak lagi nih? Dua kali oleh orang yang sama."

"Begini saja, kau bilang akan melupakannya, kan? Jadi mari lupakan saja." Tambahnya sebelum dengan cepat berdiri dan meninggalkan Kento.

***

"Sensei, apa yang ingin kau katakan padaku tadi sebelum Miya menelponmu?"

Iida tidak sempat mengatakan apa yang ingin dikatakannya karena terkejut dengan berita Haruto yang dilarikan kerumah sakit.

"Lupakan saja, tidak terlalu penting." Kata Iida.

Tsubasa muncul dengan dokter yang menangani Haruto. Mereka kemudian dipersilahkan menjenguknya.

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang