Nao memoles bibir untuk yang kesekian kalinya, dia memandang pantulan wajahnya dan tersenyum saat yakin semua kekurangan itu telah sempurna tertutupi. Yume keluar dari bilik toilet lalu menghampiri temannya itu untuk mencuci tangan. Nao tampak sangat cantik dan dewasa di bawah cahaya lampu kaca, sementara disisinya, Yume tampak lelah dan pucat padahal dia dalam keadaan sehat tanpa kurang sesuatu apapun.
"Yume," Nao mengeluarkan lipstik pink glossy yang baru dipakainya dan menawarkan Yume untuk memakainya.
"Ayolah, kau tampak sangat pucat. Hanya sedikit saja, coba dipakai."
"Aku tidak terlalu menyukai kosmetik."
"Tidak perlu setebal bibirku kok, sini biar kupakaikan."
Yume menggeleng. "Tidak, terima kasih. Ngomong-ngomong, setelah ini kita kemana?"
Nao telah menjemput Yume tepat jam 10 pagi seperti yang dia janjikan, mereka berdua makan siang di kedai ramen rekomendasi Nao. Yume mengakui bahwa dia belum pernah menikmati ramen selezat itu dengan harga yang sama dengan ramen instan yang dijual di mini market tempatnya dulu bekerja.
"Ayo, aku ingin sekali berbelanja di mall, ada baju yang ingin sekali aku beli. Semoga saja masih ada disana."
"Kenapa baru bisa membelinya sekarang?"
"Hmmm... Aku malas sekali pergi ke mall sendirian. Kau tahu lah, aku tidak ingin terlihat kesepian."
"Tsukiyama-san, kalau boleh aku ingin meminta bantuanmu."
"Nao! Aku sangat menyukai namaku, tolong panggil aku dengan nama depan saja, ya. Dan tentu saja, tentu aku akan membantumu, kau sedang kesulitan apa?"
Nao menggandeng tangan Yume, menariknya kesana dan kemari mengelilingi mall. Nao tampak sangat gembira karena akhirnya dia bisa berbelanja sesuka hati tanpa perlu ditatap orang karena datang seorang diri. Keceriaan Nao pun menular, Yume tidak menyangka mall bisa seramai itu di akhir pekan, dia tidak terbiasa dengan keramaian, namun dia tidak bisa berbohong bahwa dia pun menikmati perjalanan mereka.
Akhirnya perburuan melelahkan itu selesai. Nao telah mendapatkan baju yang dia inginkan. Ternyata bukan hanya baju, melainkan berbagai macam set kosmetik dan skin care sehingga Yume harus ikut membantu membawa belanjaannya.
"Apa?!" Nao hampir memuntahkan boba dari mulutnya.
Yume tersenyum meminta maaf pada pengunjung kafe di sekitar meja mereka yang ikut terkejut dengan reaksi Nao. "Nao, suaramu." Bisik Yume.
"Ups!" Nao tersenyum salah tingkah kepada orang-orang yang melihatnya.
Mereka berdua duduk dalam kafe mall sambil menikmati minuman dingin karena kelelahan. Nao berjanji akan membantu Yume sebagaimana Yume telah banyak membantunya sepanjang hari.
"Jadi ini adalah masalah fashion." Gumam Nao. Gadis itu melirik Yume dengan tatapan menilai dari kepala sampai kaki.
"Harus kuakui, Yume, gayamu memang KUNO. Jangan diambil hati, tapi aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti orang yang mewawancaraimu itu."
Nao meletakkan minumannya dan mengarahkan jari ke tatanan rambut Yume yang pendek dan digerai seadanya, telinga polos tanpa tindik, bibir pucat, wajah pucat, mata kebesaran dan Nao tidak ingin menghitung kekurangan gaya berbusana Yume, tidak sekarang. "Maksudku, kau sedang melamar kerja di perusahaan fashion, Yume! Penampilan adalah nomor satu."
"Bagaimana mungkin kau bisa meyakinkan mereka kalau kau datang dengan.... Ini." Nao menunjuk Vans hitam di kaki Yume.
"Kupikir akan berbeda jika aku melamar untuk posisi yang tidak ada hubungannya dengan itu semua." Gumam Yume.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice me, Sensei !
RomanceYume Tachibana, gadis polkadot yang jatuh cinta pada guru matematika. Yume gadis yang tertutup, selalu terlihat lelah dan tampak tidak menarik. Menjalani masa sekolah tanpa gairah anak muda, dia melanjutkan hidup seperti sebuah kewajiban hingga suat...