(73) Kucing II

46 10 8
                                    

"Maaf, apa Nao ada di dalam?" Tanya Yume.

Seorang gadis yang tampak tiga sampai empat tahun lebih muda darinya menatap Yume dengan menyelidik sebelum tersenyum dan berkata, "Nao sedang tidak di tempat, kau ini... kerja dengannya juga?"

"Oh bukan, aku tetangganya."

"Oouh... Nao sedang pergi, aku datang untuk membawa barang-barangku yang tertinggal disini."

"Begitu ya," gumam Yume.

Gadis itu melihat plastik berisi beberapa bungkus ramen instan didalamnya dan menebak bahwa Yume ingin mengajak Nao makan malam bersama. "Sepertinya kau dekat dengan Nao, ya? Tapi aku belum pernah melihatmu."

"Aku baru saja pindah ke Tokyo, apa kau teman kerjanya?" Yume bertanya karena tidak yakin dengan usia gadis itu.

"Hahaha tidak mungkin." Gadis itu dengan skeptis menggeleng. "Kau kan pasti tahu apa pekerjaannya."

Melihat wajah 'tidak tahu' Yume, gadis itu menaikan satu alis dengan heran. "Nao tidak cerita apa-apa padamu?"

Lift yang mereka tunggu akhirnya tiba. Yume dan gadis aneh itu masuk dan tidak berbicara apapun lagi sampai saat Yume hendak keluar dari lift. Gadis itu mengatakan sesuatu yang membuat Yume terkejut.

"Kalau kau bertemu Nao, katakan padanya bahwa aku tidak akan memaafkannya. Miyuki tidak akan memaafkannya." Pintu lift pun tertutup.

***

Siapa itu Miyuki? Apa yang telah dilakukan Nao hingga gadis itu tidak akan memaafkannya? Satu minggu berlalu. Satu minggu penuh tanpa Yume sempat bertemu dengan tetangganya Nao, gadis itu sudah berulang kali mencoba menghubunginya namun Nao seakan menghilang.

Kembali tenggelam dalam pekerjaan dan kesibukannya, Yume melupakan Nao dan pertanyaan-pertanyaan itu hingga suatu hari seorang tamu yang tidak terlalu asing meminta untuk bertemu dengan Yume.

"Maaf, apa kau lama menunggu?" Tanya Yume yang baru tiba di tempat yang di pesan orang itu.

"Tidak, silahkan duduk." Dipersilahkannya Yume duduk dengan ramah. "Kau benar Yume Tachibana?"

"Ya, apa aku mengenalmu?"

"Maaf tidak memperkenalkan diri sebelumnya, namaku Renji Tetsuzou." Yume pernah melihat wajah laki-laki itu di salah satu bingkai foto di apartemen Nao.

"Halo, apa ada yang bisa kubantu?"

"Kau mengenal Nao bukan? Nao Tsukiyama."

"Ya, ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan Nao?" tanya Yume was-was.

"Apa yang membuatmu berpikir demikian?" Tidak ada maksud tersendiri dalam pertanyaan Reiji selain murni rasa ingin tahu.

Yume menyendok krim yang mengapung diatas minumannya sebelum menjawab, "Sudah seminggu ini Nao tidak pulang ke apartemennya. Aku cemas karena seminggu sebelumnya ada seseorang yang kutemui di apartemen Nao."

"Miyuki."

"Kau kenal gadis itu?"

Reiji mengangguk. "Dia adikku," ujarnya.

"Anu, Tetsuzou-san... Sebenarnya kenapa kau ingin bertemu denganku? Dari mana kau tahu namaku?"

"Aku tidak yakin harus menghubungi siapa lagi yang mengenal Nao. Maaf jika aku mengganggu waktumu, tapi kau satu-satunya orang yang bisa kuhubungi saat ini."

Reiji mendekatkan kursinya ke arah meja dan berbicara dengan suara yang semakin serius. "Nao pernah menceritakan tentang teman sekolahnya yang pindah ke apartemen yang sama dengannya, walau mungkin biasa namun dia tampak sungguh-sungguh senang dengan tulus."

"Waktu itu aku langsung berpikir, mungkin Yume Tachibana ini bukan teman yang sangat dekat dengan Nao, pasti Tachibana ini teman yang tidak begitu mengenalnya, karena itulah Nao senang sekali menceritakanmu dan bagaimana dia merasa turut bangga karena kau bekerja di salah satu perusahaan besar di Tokyo."

Yume ingin menyela namun dia menahan diri dan mencoba untuk mendengar lebih lanjut cerita Reiji. "Tidak sulit mencari nama unik seperti namamu walau di Tokyo sekalipun. Aku tidak berniat untuk menemuimu atau mengganggumu sama sekali, Tachibana-san."

"Seperti yang kau sendiri tahu, sudah satu minggu Nao tidak kembali ke apartemennya, satu minggu ini juga dia tidak dapat kuhubungi. Aku tahu mungkin kau pun tidak tahu dimana Nao saat ini, tapi penting bagiku untuk menanyakan beberapa hal padamu jika kau tidak keberatan."

"Aku akan menjawab sebisaku."

Reiji mendadak dilema, apa yang akan dia tanyakan mungkin malah membuat Yume semakin bingung dan dia terpaksa harus menjelaskan semuanya dari awal. Namun keadaan tidak memberinya banyak pilihan.

"Tachibana-san, kau bilang seminggu yang lalu kau bertemu dengan adikku, Miyuki, benar?"

"Aku tidak tahu gadis itu benar Miyuki atau bukan, tapi dia mengatakan sesuatu tentang tidak akan memaafkan Nao dan menyebut nama Miyuki."

"Benar. Miyuki menyebut diri dengan namanya sendiri. Tachibana-san, aku ingin kau ingat apa saja yang Miyuki lakukan saat itu dan apa yang dia katakan?"

"Aku tidak paham." Yume berhenti memainkan krim yang sudah mencair di dalam gelasnya. "Kalau Miyuki benar adik Tetsuzou-san, bukankah pertanyaan itu seharusnya dia yang menjawabnya?"

"Benar, aku tahu ini akan menjadi sedikit rumit dan panjang cerita. Aku dan Miyuki benar suadara kandung, orang tua kami sudah berpisah sejak lama dan kami tinggal terpisah sampai saat ini. Walau tinggal terpisah kadang aku dan Miyuki masih bertemu, hubungan kami baik. Aku yang mengenalkannya pada teman-temanku termasuk Nao. Kupikir sejak saat Nao mengajarinya cara berdandan saat itulah mereka menjadi sangat dekat."

Yume bisa membayangkan tangan lihai Nao memandu Miyuki mendandani wajah kecil dan bulat gadis itu dengan profesional. "Lalu kenapa saat bertemu Miyuki, dia terlihat sangat membenci Nao?"

Reiji sekali lagi dilanda dilema, dia sebisa mungkin tidak ingin mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak perlu dikatakan namun dia pun tidak ingin berbohong. "Tachibana-san, apa kau tahu apa pekerjaan utama Nao?"

***

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang