Yume dan Michiru keluar dari lift dan berjalan sepanjang lobby luas Crown Mori menuju parkiran dimana mobil Michiru berada.
"Ngomong-ngomong bagaimana kerjasamamu dengan Kanna Mori? Kudengar Shachou memuji kemampuanmu seharian ini, makanya aneh bagiku saat melihat kau murung padahal pekerjaanmu tidak kurang sedikitpun."
"Sejauh ini semuanya lancar. Aku tidak menyangka yang perlu kukerjakan lebih kompleks daripada saat berkerja dalam tim Senpai."
"Hahaha! Kau akhirnya merasakan beratnya tanggung jawab pimpinan tim, bagus untukmu."
Tepat disaat mereka keluar dari gedung kantor Kazuki telah menunggu Yume. "Tachibana!" Seru Kazuki.
"Eh? Yume, Kau mengenal orang itu?" Michiru terkesima dengan wajah tampan Kazuki dan diam-diam mencubit lengan Yume.
"Astaga, Yume, siapa pria tampan ini? Cepat katakan bagaimana kau mengenalnya??" Bisik Michiru.
"Takahashi Sensei?! Apa yang kau lakukan disini?"
Kazuki menghampiri lalu menyapa Yume dan Michiru dengan senyum ramahnya. "Aku mencarimu, kupikir aku bisa menjemputmu sore ini."
"Apa aku mengganggu waktumu?" Kazuki menanyakan hal itu saat melihat tangan Yume dan Michiru saling bertautan mesra.
"Ahahaha! Tentu saja tidak." Cepat-cepar Michiru mendorong Yume menjauh darinya hingga gadis itu hampir menabrak Kazuki.
"Jangan salah paham, tipe idealku sama dengan tipe ideal Yume," katanya sambil mengedipkan sebelah mata.
Yume tersedak tawa. Sudah menjadi rahasia umum di penjuru Crown Mori tentang orientasi seksual Michiru, namun tentu saja bagi orang luar mereka pasti akan salah paham jika pria segagah Michiru berjalan berdampingan bersama seorang lawan jenis dengan cara yang mesra.
"Sensei, kenalkan ini seniorku, Michiru Suwaki. Michiru Senpai, ini..." Yume agaknya bingung harus mengenalkan Kazuki sebagai siapa kepada Michiru.
Tampaknya memperkenalkan Kazuki sebagai mantan guru Yume saat di sekolah menengah atas merupakan hal yang cukup membuat Yume tidak nyaman. Membaca situasi itu, Kazuki menyodorkan tangannya lebih dulu kepada Michiru.
"Kazuki Takahashi. Aku sempat melihatmu di acara Crown Mori minggu lalu, karya-karyamu sangat luar biasa."
"Oh, kau yang membawa kabur Yume dari pesta malam itu, ya?" Michiru melirik Yume dengan penuh sorot menyelidik dan setengah menggodanya.
Michiru menyambut tangan Kazuki dengan mantap. "Terima kasih, kerja keras Yume juga merupakan bantuan besar bagiku."
"Terima kasih sudah menjaganya selama ini. Jika kau tidak keberatan, biarkan aku mengajak kalian berdua makan malam bersama?"
"Benar Senpai, bagaimana?"
"Pasti sangat menyenangkan, tapi aku tidak ingin mengganggu, sungguh."
"Senpai..." Yume merasa malu.
"Oh! Tsuzune-san!" Michiru menangkap lengan sekretaris Shachou dan menggandenganya kuat-kuat.
"Mi-michiru?!" Tsuzune Ono terkejut dan merasa risih dengan keberadaan Michiru.
"Nah, aku sudah mendapat pengganti teman minumku malam ini, jadi jangan pikirkan aku dan bersenang-senanglah! Bye-bye..."
"S-senpai..."
"Kalau begitu hanya berdua saja tidak masalah?" tanya Kazuki.
Yume mengangguk malu-malu. "Baiklah, Sensei."
***
Sungguh makan malam yang menyenangkan untuk Kazuki dan Yume. Awalnya Yume ragu akan seperti apa dia dihadapan Kazuki setelah bertahun-tahun cinta pertamanya itu menghilang ditelan bumi. Namun ternyata Kazuki seakan tidak pernah pergi, dia masih orang yang sama dengan guru matematika hangat yang menegur Yume diatap sekolah disuatu musim semi.
Ditengah makan malam itu, Kazuki mengungkapkan alasan kenapa dia tidak pernah mencari Yume. Pria itu tidak ingin muncul dihadapan Yume disaat dia masih harus pergi ke berbagai tempat dan daerah yang jauh tanpa kepastian kapan dia bisa kembali dan menetap lagi di Jepang.
Yume yang mendengar itu merasa senang jauh di dalam hatinya. Bagi Yume, Kazuki seakan mengatakan bahwa dia terus memikirkan Yume selama ini, hal itu membuat kupu-kupu di perut Yume berterbangan kesana-kemari. Gadis itu bahkan tidak sanggup mengatakan apapun hingga mereka selesai makan malam.
Yume mengenakan sabuk pengaman sebelum berterima kasih sekali lagi kepada Kazuki atas traktirannya, gadis itu berjanji akan mentraktir Kazuki lain kali. "Tapi, hanya jika Sensei tidak keberatan," gumamnya.
"Aku tidak mungkin keberatan. Aku akan menantikannya."
Yume tersipu, gadis itu melirik kearah Kazuki sesekali, mantan gurunya itu menyetir dengan santai, entah mengapa jantung Yume berdetak semakin kuat sejak sore tadi. Apa yang harus aku lakukan?
Mobil berbelok ke jalan yang dikenal Yume, mereka semakin dekat dengan apartemennya. Yume merasa waktu terlalu cepat berlalu, dia masih ingin menatap mata dibalik kacamata Kazuki, dia masih ingin mendengar tawa menular pria itu, mendengar suara dan nafas Kazuki yang menenangkan.
"Takahashi Sensei," ucap Yume perlahan. "Apa tidak masalah jika aku ingin bertemu denganmu lagi?"
"Hm?" Kazuki bingung akan pertanyaan itu. "Tentu saja."
"Apa aku boleh bertanya..." Yume tidak ingin membuat Kazuki berada dalam kesulitan, namun hatinya perih jika dia terus menikmati kebersamaan mereka tanpa tahu apapun tentang Kazuki.
"... tentang hubunganmu dengan Kanna Mori-san?"
"Oh," Kazuki berusaha menyembunyikan senyum diwajahnya.
"Bukan berarti Sensei harus mengatakannya padaku! Hanya saja... aku tidak ingin ada salah paham jika ternyata kaliam memiliki hubungan yang- Kau tertawa, Sensei?!"
"Pffft.. Maaf, aku terlalu bahagia."
"Eh?"
"Kau tahu, jika kau bertanya seperti itu, aku juga bisa salah memahaminya."
Wajah Yume berubah merah seperti tomat, gadis itu segera menunduk menatap jemari diatas pangkuannya. "...aku hanya ingin tahu," gumamnya.
"Kanna adalah sepupuku," jawab Kazuki singkat dan jelas. Melihat Yume tidak merespon karena malu membuat Kazuki tersenyum. "Tidak perlu cemas, Tachibana."
"Aku senang kau terlihat menyukai kalung itu."
Yume menyentuh kalung dilehernya dan menatap Kazuki dengan bingung. Kalung hadiah ulang tahunnya yang misterius. Teringat kembali sepasang kaos kaki yang sampai saat ini masih tersimpan dengan baik di kotak rahasia barang berharga Yume dipojok kamar apartemennya. Mungkinkah kalung ini juga...
"... pemberian dari Sensei?"
"Aku ingin memberikan sesuatu yang bermakna saat itu, tapi aku tidak tahu apa yang harus kuberi. Kupikir inisal T bisa berarti namamu atau namaku, tapj saat itu aku melihatnya sebagai te amo dalam bahasa Spanyol."
"Te amo?"
Kazuki mengangguk. "Te amo, aku mencintaimu." Suaranya yang lembut seakan menarik semua perih di mata Yume dan menggedor-gedor dinding di dalam dada gadis itu.
"Takahashi Sensei-"
"Bisakah kau memanggilku Kazuki, dan aku memanggilmu Yume?"
Yume menunggu saat-saat dimana alarm ponselnya berbunyi, dia menunggu sinar matahari menampar wajahnya dan membangunkannya dari mimpi indah ini. Namun selama tiga detik yang mendebarkan itu, dia masih menatap Kazuki.
"Yume," Kazuki meraih tangan kecil Yume, jemarinya memeluk jemari gadis itu, melindungi dan mendekapnya dalam hangat perasaannya.
"Aku pergi karena aku mencintaimu. Kini aku kembali dengan alasan yang sama."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice me, Sensei !
RomanceYume Tachibana, gadis polkadot yang jatuh cinta pada guru matematika. Yume gadis yang tertutup, selalu terlihat lelah dan tampak tidak menarik. Menjalani masa sekolah tanpa gairah anak muda, dia melanjutkan hidup seperti sebuah kewajiban hingga suat...