(56) Mystery Solved ?

124 17 11
                                    

Yume mengetuk pintu ruang musik di lantai tiga gedung sekolah dengan kuat, setelah ketukan yang ketiga pintu itu bergeser terbuka.

"Oh, kau sudah datang rupanya."

Perlu tiga detik lamanya bagi Yume untuk menyadari siapa yang berdiri disana. Suara tidak ramah itu memang pernah dia dengar, papan nama Hayagawa menempel dikamejanya.

"Masuklah, aku akan mengambil titipan Kurumi dulu."

"Zen Senpai?" Yume baru menyadari sosok laki-laki itu ketika melihat gitar miliknya diatas sofa klub musik.

"Hayagawa Sensei. Sekarang mereka semua memanggilku begitu."

Karena mata pelajaran musik adalah mata pelajaran peminatan, dan Yume tidak mengambil mata pelajaran itu melainkan mata pelajaran minat yang lain, mungkin karena itulah dia tidak tahu bahwa Zen adalah honorer tampan yang belakangan heboh di kalangan siswi kelas satu.

"Sejak kapan kau bekerja disini?"

"Sejak dulu."

"Maksudku, sebagai guru."

"Hmmm... belum lama. Sepertinya kau tidak menaruh minat di bidang musik, huh?"

"Aku memilih mata pelajaran bahasa perancis."

"Bahasa perancis? Kau sangat berambisi mengejar mimpimu, ya?"

"Aku hanya tertarik."

"Aku dengar kau mengejar jurusan desain, memilih bahasa persncis memang tepat kalau kau benar-benar ingin menjadi perancang busana."

"Dari mana kau-"

"Ini." Zen menyerahkan catatan milik Kurumi kepada Yume.

"Itu benar bukunya, kan?"

Yume memeriksa buku catatan itu dan mengangguk. "Benar, ini milik Kurumi."

"Katakan padanya untuk berhenti memakan manisan, semua gula itu membuatnya pikun."

"Akan kusampaikan, terima kasih."

"Ngomong-ngomong, kenapa kau berpakaian serba hitam hari ini?"

"Berziarah," jawab Yume.

"Oh begitu, baiklah."

Yume menggeser pintu ruang klub musik namun dia berhenti setelah keluar sebelum menutup pintu itu. Yume menatap Zen sekali lagi, gitarnya, sofa dan kursi diujung sana. Semuanya masih sama, berada ditempat masing-masing persis seperti hari pertama kalinya mereka bertemu.

"Ada satu hal lagi," Ucap Yume.

Zen mengangkat sebelah alisnya. "Apa itu?"

"Aku harap kau tidak membuat para siswi kelas satu menjadi salah paham."

"Aku?"

Yume mengangguk. "Aku pernah mendengarmu dengan seorang siswi, waktu itu aku tidak sempat mengeceknya. Tapi sekarang aku yakin itu kau."

"Ya... Mungkin juga, entahlah. Aku lupa."

Yume mengangguk, dia berbalik dan hendak pergi, namun kakinya berhenti bergerak saat Zen tiba-tiba berkata, "Mengingatkanmu pada seseorang, huh?"

"Apa maksudnya?" Tanya Yume.

Zen Hasagawa tersenyum. "Tidak perlu khawatir, aku tidak seperti itu."

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, tapi kalau maksudmu adalah Takahashi Sensei, semua itu sudah berlalu, Sensei."

"Aku juga berharap begitu."

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang