(24) Penolakan

214 28 0
                                    

Kazuki tidak tenang sepanjang siang itu di meja kerjanya. Dia tidak berhenti menyayangkan pilihan Yume di formulir kejurusan. Namun Kazuki tidak bisa melakukan apapun untuk merubahnya, pada akhirnya dia pun menyerahkan formulir itu kepada ketua bagian kejurusan tanpa daya.

Sementara itu awalnya Yume tidak bisa memilih apa yang dia suka, apa yang dia ingin lakukan. Dengan sedikit bantuan Kazuki, Yume pun memahami dirinya sendiri. Sejak kejadian di perpustakaan, dia menjadi lebih terbuka pada diri sendiri. Lebih menikmati hal-hal kecil yang mengelilingi hidupnya.

Keputusan untuk memilih jurusan seni tidak tiba-tiba muncul. Suatu malam yang tenang tanpa kehadiran Azusa, Yume menemukan sisa-sisa bahan kerajinan festival budaya dibawah tempat tidurnya. Dengan benang-benang rajut berwarna cerah itu, Yume menghabiskan malamnya dengan membuat sepasang sarung tangan sederhana.

Setiap gerakkan tangan membuatnya merasa tenang. Disaat-saat dia lelah dan mengambil jeda, dia akan memikirkan pecahan senja yang memantul di kacamata Kazuki. Suara guru matematikanya yang menenangkan sekaligus menyesakkan. Saat-saat intens yang hangat di perpustakaan diam-diam merubah Yume tanpa dia sadari.

"Hebat!" Seru Kurumi.

"Tapi, jadi desainer itu sulit lho. Maksudku, dunia mereka benar-benar berbeda. Tidak bisa disamakan deh dengan dunia perkantoran." Ucap Miya.

Yume mengangguk. "Aku akan mencobanya."

"Jangan terlalu berharap, ya. Apalagi dengan dirimu yang sekarang, butuh seratus tahun berusaha baru bisa diakui." Kata Nanami.

"Na-chan, bukannya salah satu sepupumu adalah desainer terkenal? Naoko Fujinami kan?!" Tanya Miya.

Nanami mengangguk dan membuang muka. "Aku tidak bangga punya anggota keluarga seorang desainer."

"Yang artinya setiap mode terbaru yang dia keluarkan pasti langsung kau ketahui, kan? Aku jadi iri sendiri." Ucap Miya.

Kento menepuk tangannya di depan mereka. "Desainer tidak sehebat itu, kok. Maksudku, apa semua desain mereka akan laku dipasaran begitu saja tanpa promosi dan sebagainya?"

Kurumi tersenyum sinis. "Mau menyombongkan diri, Kento?"

"Menyombongkan diri?" Tanya Yume.

Kento berdeham sambil berdiri tegap. "Hari ini aku ditawari ikut audisi akting oleh salah satu agen selebriti."

"Yang benar???" Seru Miya tidak percaya.

"Selamat, Kento." Ucap Yume.

"Karena sudah sering menolak tawaran itu, kali ini aku mau coba-coba menerimanya."

"Dari perusahaan apa sih?" Tanya Miya

"Itu lho, perusahaan yang menaungi One Punch Rock."

Mulut Miya membuka lebar. "A-a-artinya... Kau akan satu gedung dengan Satoshi Sato ???"

"Satoshi Sato si atlet judo?" Tanya Haruto.

"Itu Satomi!" Tegur Kurumi dan Miya bersamaan.

"Oh, Yume juga tidak tahu, lho." Kata Haruto.

"Eh? Yume gak tahu One Punch Rock?? Itu lho, band rock yang lagi populer banget di Spotifly!" Kata Kurumi dengan sangat meyakinkan.

"Iya. Jangan bilang belum pernah dengar, deh. Satoshi itu lagi beken banget di negeri ini." Timpal Miya.

Yume tersenyum sambil menggeleng. "Maaf, aku gak begitu tahu."

"Serius?" Kurumi tercengang dengan fakta itu. "One Punch Rock, lho. One Punch Rock."

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang