(79) Warning II

39 7 4
                                    

Kau berani mengancamku?" tanya Asahi.

"Tidak." Yume menggeleng. "Ada apa? Kau merasa terancam?"

"Hei, siapa namamu? Kau lihat ini?" Asahi mengeluarkan ponselnya. "Hanya dengan ini, nyawa seseorang bisa melayang. Kau pikir aku siapa? Berani sekali cecunguk kecil sepertimu mengancamku."

Yume tidak mengatakan apapun dan langsung berbalik pergi. "Hei! Akan kusampaikan sendiri salamku kepada Nao sekarang juga! Kau dengar aku?!"

"Kita kembali sekarang." Yume menarik lengan Reiji dan menjauh dari pengawal-pengawal Asahi yang berdiri bagai tembok batu di belakang mereka.

"Kenapa? Seharusnya sebentar lagi orang yang lainnya akan datang."

"Tidak, kita kembali sekarang. Dia mengancam akan melukai Nao, saat ini tidak ada siapa-siapa yang bersamanya kan?!"

Reiji mengumpat. "Brengsek! Sialan!"

"Kita bisa kembali lagi nanti, mungkin orang itu akan memberitahu teman-temannya untuk tidak kesini lagi, tapi menjaga Nao yang terpenting saat ini."

***

Yume langsung menghubungi Kazuki saat mereka pergi dari Kabukicho. Perlu setengah jam lebih untuk kembali ke rumah sakit, Yume cemas jika ancaman Asahi tidak dibuat-buat. Kazuki yang baru selesai menemui kerabatnya langsung berkendara menuju rumah sakit walau mungkin dia akan lebih terlambat tiba dibandingkan Yume dan Reiji.

Dalam perjalanan, Reiji menerima panggilan dari nomor telepon rumah sakit Nao dirawat. "Apa?!"

"Ada apa?" tanya Yume.

"Oke, aku dalam perjalanan ke rumah sakit sekarang!"

"Apa yang dikatakannya?"

"Nao menghilang."

"Apa?!"

"Sial! Sialan! Si brengsek itu nggak hanya menggertak! Dasar banci!"

Yume menggigit kukunya dengan gugup, kebiasaan lamanya muncul tanpa dia sadari. Bagaimana ini? Apa aku sudah melewati batas dengan mengancam seperti tadi? Bodoh sekali aku ini, pikirnya.

"Pegangan," kata Reiji dan langsung menginjak gas.

Mereka melaju dengan sangat cepat, tidak sampai setengah jam mereka telah tiba di rumah sakit. Bulan telah terlihat, pantulan cahayanya terlihat dari gedung-gedung raksasa di samping rumah sakit. Yume dan Reiji berlari memasuki lift menuju kamar rawat Nao.

"Aku akan pergi ke ruangan pengawasan. Tachibana-san tolong langsung ke ruangannya lebih dulu."

Yume mengangguk, "Sampai ketemu lagi."

Yume bergegas memasuki ruang rawat Nao, hampir saja menabrak perawat yang hendak keluar. "Maaf," ucapnya.

"Eh?" Yume kebingungan saat melihat Nao terlelap senyap diatas ranjangnya. Gadis itu mendekati Nao dan melihat keadaan temannya itu. "Suster?"

"Ya? Ada apa?"

"Apa ada yang terjadi kepada teman saya? Apa ada yang mengunjunginya sebelum aku?"

Suster itu menggeleng. "Tidak, anda pengunjung pertamanya hari ini."

"Begitu ya, baiklah." Jika Yume pengunjung pertama berarti Nao baik-baik saja, tapi kenapa Reiji menerima telepon palsu dari rumah sakit?

"Suster?"

Suster itu berhenti tepat sebelum menutup pintu. "Ya?"

"Apa... Apa anda satu-satunya perawat yang bertugas di kamar ini?"

Suster itu mengangguk dengan polos, namun kemudian dia berpikir sebentar sebelum berkata, "Saya bertugas untuk sayap kiri bangsal ini, tapi kalau anda bertanya seperti itu... Saya kurang yakin, tapi saat keluar dari ruangan sebelah menuju ruangan pasien, ada seorang petugas selain saya yang memeriksa kondisi pasien."

"Petugas?! Petugas seperti apa?"

"Pe-petugas rumah sakit.." Suster itu tampak bingung. "Katanya dia petugas baru di rumah sakit ini jadi dia salah masuk ruangan-"

"Itu dia!" Yume langsung menghubungi Reiji, namun pintu kamar rawat Nao terbuka dan Reiji langsung masuk dengan gusar.

"Dia pulang denganku malam ini."

"Heh?!" Yume dan suster yang bertugas terkejut.

"Aku sudah dengar. Intinya si brengsek itu punya orang disini. Nao gak aman lagi disini."

"Baiklah, kau bisa membawanya sendiri?"

"Ya, aku sudah menghubungi adikku juga. Tolong tasnya, Tachibana-san."

"Tu-tunggu sebentar," suster yang bertugas itu tampak kebingungan dan cemas. "Tolong tunggu sebentar, anda belum boleh membawa pasien-"

Reiji membopong Nao, putri tidur itu tampak lemah dalam pelukan Reiji. Yume dan Reiji langsung menuju basement, Yume membantu membawa tas berisi pakaian Nao kedalam mobil, semenyara itu suster yang bertugas dan dua orang mantri berusaha menghentikan mereka.

"Aku akan mengantarmu terlebih dulu," kata Reiji.

"Oh, tidak usah repot-repot. Kalian pergi saja, aku akan mengurus sisanya disini. Tolong jaga Nao, Tetsuzou-san."

"Terima kasih, Tachibana-san. Sampai ketemu lagi."

"Hati-hati dijalan."

***

Kazuki menggaruk dahinya dengan salah tingkah. "Maaf aku terlambat. Jadi sekarang bagaimana?"

"Tidak apa-apa, Sensei," suara Yume terdengar halus dari pengeras suara handphone Kazuki. "Ternyata hanya salah informasi saja. Maaf sudah membuatmu repot berkendara jauh."

"Tapi kenapa dia langsung dipulangkan? Bukannya kondisi temanmu belum pulih sepenuhnya?"

Yume belum juga memberitahu Kazuki tentang rencana Reiji untuk menemui semua orang yang terlibat dalam kasus Nao. Yume tidak ingin merepotkan Kazuki, apalagi masalah ini tidak ada hubungannya dengan Kazuki, Yume merasa tidak enak hati jika dia harus meminta bantuan Kazuki lagi dan lagi.

"Yah, aku rasa seseorang jika sudah jatuh cinta bisa menjadi sangat protektif."

Kazuki tertawa. "Kau masih disana kan? Aku sudah dekat."

"Eh? Sensei sedang menuju rumah sakit? Aku baru saja tiba di kantor. Ya ampun! Maaf aku lupa mengabarimu."

"Tidak masalah, apa kau lembur malam ini?"

"Tidak, aku hanya perlu perlu mengambil tasku yang tertinggal."

"Bagus, kalau begitu aku jemput kau sekarang. Ada yang ingin kau titipkan?"

"Hmm... tidak ada, sampai ketemu, Sensei."

"Oke."

***

Yume menengok ke luar lobby dan melihat mobil Kazuki sudah mendekat. Seperti gadis lainnya yang hatinya berseri-seri saat melihat orang yang disukainya, Yume melangkah keluar kantor dengan ringan. Entah kenapa dia merasa ingin segera bertemu Kazuki, apalagi setelah apa yang didengarnya di dalam kantor tadi.

Yume tidak bisa berpikir jernih, dia igin segera berada disisi Kazuki, dia mengalami shock atas apa yang di dengarnya tanpa sengaja tadi, fakta yang membuat lambung kosongnya bergolak. Saat dirinya tidak fokus dan gelisah, sebuah tangan mendekatinya, mendorongnya.

***

Jangan lupa klik ☆bintang☆ dibawah ini ya..

Next Update : 11 Maret 2021

See you later ♡

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang