"Senpai?!" Miya terkejut melihat senior klub musik mereka muncul dari balik pintu ruang klub.
Zen menatap anggota band sekolah dengan wajah masam. "Mana yang lain?"
"Yang lain itu maksudnya Taaro Senpai, Misaki Senpai dan Amon Senpai? Mereka semua termasuk Zen Senpai sudah resmi bukan pelajar di sekolah ini lagi."
"Terima kasih detailnya, Miyamura-san." Kata Kuro.
"Artinya, kalian hampir bubar?"
"Senpai, sebaiknya ganti kelakuanmu itu sebelum masuk universitas." Kecam Miya.
Zen mengangkat bahu dengan acuh. "Aku gak akan ke universitas."
"Terus lanjut kemana, Senpai?" Tanya Kamui, drummer band.
"Sudah berapa lagu yang kalian mainkan?" Zen mengalihkan pembicaraan ke tempat lain dengan sengaja.
"Tiga. Kami gak akan bawain lagu Death in the clouds." Ucap Kuro sambil melihat daftar lagu di ponselnya.
"Lho? Kenapa?"
"Apanya yang kenapa, Senpai? Itu lagu yang paling nggak cocok dimainkan untuk acara natal!" Seru Miya.
"Terus kalian akan bawakan lagu apa? Twinkle twinkle little star? Atau Jingle Bells?"
"Kenapa sih dengan semua lagu penuh cinta kasih itu? Senpai alergi ya?"
"Banget." Sahut Zen.
Kuro lalu menjelaskan bahwa beberapa lagu natal akan dipentaskan bersama anak-anak panti bersama dengan klub paduan suara, sehingga band hanya akan membawa lagu pembuka dan penutup serta siap siaga menjadi pemain musik latar.
"Begitu ya.." Zen lalu mencoba-coba memainkan nada di gitar listrik yang biasanya digunakannya.
"Lho?"
Perasaan Zen memang benar, bunyinya aneh walaupun dia telah menyetel ulang alat itu, namun terasa ada yang kurang bahkan semakin dimainkan semakin tidak baik hasil nada yang dibunyikan.
"Ini kenapa?" Tanya Zen.
"Nah, bunyinya memang aneh, kan?" Timpal Miya.
Kamui menghentikan gerakan stik drum di tangannya, "Katanya salah satu anggota klub paduan suara nggak sengaja menjatuhkannya."
"Jatuh?!"
Disaat itulah Yume mengetuk pintu. Zen yang berada paling dekat dengan pintu pun menggesernya hingga terbuka.
"Ada apa?" Tanya Zen dengan nada ketus.
Zen tidak akan pandang bulu kepada siapapun, terkadang hal itu baik, namun untuk beberapa hal orang yang tidak tahu apa-apa akan ikut kena semprotan kekesalan Zen.
"Aku ingin berbicara dengan ketua klub musik."
Zen ingin tahu kenapa disaat-saat seperti ini masih ada yang ingin bicara dengan ketua ini dan ketua itu bukannya langsung menyampaikan tujuan dan maksud kedatangannya agar tidak membuang-buang waktu siapapun.
"Bicaralah." Kata Zen sambil menatap Yume dan menebak-nebak murid kelas berapakah dia. Apalagi saat melihat kaos kaki polkadot yang menyelimuti kaki Yume, alis Zen semakin berkerut.
"Kau ketuanya?"
Zen terkejut saat gadis itu membalas keketusannya. Dia menatap tajam Yume dan tak menyangka gadis itu balas menatapnya dengan tajam. Zen bertanya-tanya siapa Yume dan bagaimana bisa gadis itu tidak punya sopan kepada seniornya.
"Ck." Zen merasa ada hal yang lebih penting daripada harus bertatap-tatapan tajam dengannya.
"Kuro, ada yang memanggilmu." Zen selalu memanggil Khun dengan nama keluarganya yang disingkat menjadi Kuro.

KAMU SEDANG MEMBACA
Notice me, Sensei !
RomanceYume Tachibana, gadis polkadot yang jatuh cinta pada guru matematika. Yume gadis yang tertutup, selalu terlihat lelah dan tampak tidak menarik. Menjalani masa sekolah tanpa gairah anak muda, dia melanjutkan hidup seperti sebuah kewajiban hingga suat...