Senja merah jambu sore itu menghangatkan. Yume memutar kunci loker hingga berbunyi klik, beberapa siswa melakukan hal yang sama, membuka loker mereka untuk mengambil barang-barang yang akan dipindahkan ke loker baru.
#Krek- Srrrrt!
Tampaknya Yume tidak perlu susah payah membuka lokernya, loker itu terbuka dengan dorongan kuat dari dalam. Bertumpuk-tumpuk kertas sampah dan beberapa benda asing melompat keluar dari dalamnya, Yume terkejut dan mundur beberapa langkah.
"Astaga-"
"Kau baik-baik saja?"
"Apa itu?"
"Sampahnya banyak sekali."
Yume duduk dan memilah kertas-kertas asing yang berserakan dikakinya. Beberapa kertas itu sobek, beberapa diantaranya utuh namun dicoret-coret. Yume mengambil beberapa kertas yang tulisannya masih bisa dia baca.
Tangan Yume tidak berhenti mengambil lebih banyak kertas, dia tidak mengindahkan pertanyaan-pertanyaan siswa lain dan bantuan mereka. Tulisan dalam kertas itu bukan miliknya, dan semua kertas itu berisi kata-kata kasar dan ancaman-ancaman kecil yang jelas-jelas ditujukan padanya. Jika bukan untuk Yume, kenapa kertas itu ada dalam loker dengan namanya?
Lebih dari setahun Yume tidak pernah membuka lokernya, dia menghilangkan 2 kunci loker dan tidak diijinkan menggunakan kunci sekolah, karenanya dia tidak terlalu menggunakan loker itu. Namun dia ingat dengan jelas, isi loker saat terakhir kali dia menggunakannya adalah saat dia mengambil lembar partitur untuk kelas musik tahun pertama dan satu-satunya benda yang ada di dalam loker itu adalah kotak pensil dan jurnal hariannya.
Aku tidak pernah melihat surat-surat ini sebelumnya. Yang artinya surat itu baru datang setelah dia kehilangan kunci terakhirnya.
"Kyaaa! Apa itu?!"
Seorang siswi kelas tiga yang membantu membersihkan surat-surat itu iseng mengintip ke dalam loker Yume, dia terkejut dan menjerit saat menoleh ke dalam loker itu. Yume mendongkak dan ikut melihat apa yang gadis itu lihat.
"Ada apa? Siapa yang berteriak?" Tsubasa Sensei menghampiri asal jeritan.
"Sensei! Aku menemukan sesuatu disana."
"Ya ampun! Apa itu? Tachibaba?" Tsubasa Sensei mendekati Yume.
Kedua tangan Yume menggenggam boneka kayu berbentuk perempuan dengan kepala yang bengkok, rambut boneka itu dipotong tidak rapi, hampir seluruh tubuh kayu itu dipenuhi cairan mirip cat minyak berwarna merah yang hampir mengering, lengket dan menjijikan. Tapi yang paling mengerikan adalah bekas goresan benda tajam diseluruh permukaan kayu boneka itu, menyisakan tatapan nanar dari mata merah si boneka. Kenapa ada orang yang tega menghancurkan karya tangan orang lain seperti ini?
Walau tahu bahwa itu adalah bentuk ancaman nyata atas dirinya, namun Yume lebih menyayangkan perbuatan orang yang mengancamnya atas boneka tak berdosa itu. Yume bisa melihat harga mahal boneka itu dari halusnya kimono yang membalut tubuh si boneka.
"Ini bentuk ancaman, kan? Kenapa kau tidak segera melaporkannya, Tachibana?" Tanya Tsubasa Sensei.
Yume ingin menjawab guru olahraganya, namun Tsubasa Sensei segera menyuruhnya untuk membawa boneka itu ke ruang guru, beberapa siswa lainnya juga ikut membantu Tsubasa Sensei mengambil surat-surat ancaman dari loker Yume.
"Hal yang seperti ini tidak boleh dibiarkan. Astaga, ini masih awal tahun." Kesal Tsubasa Sensei.
***
Berita surat ancaman itu begitu menggemparkan seisi sekolah, bahkan setelah berhari-hari kemudian saat pihak sekolah memutuskan tidak membawanya ke tingkat yang lebih serius, yaitu melaporkannya ke polisi. Akhirnya surat-surat ancaman dan boneka kayu itu dibakar, namun pihak sekolah berjanji akan berusaha mencari dan menemukan dan pelakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice me, Sensei !
RomanceYume Tachibana, gadis polkadot yang jatuh cinta pada guru matematika. Yume gadis yang tertutup, selalu terlihat lelah dan tampak tidak menarik. Menjalani masa sekolah tanpa gairah anak muda, dia melanjutkan hidup seperti sebuah kewajiban hingga suat...