(6) Wali Kelas 2-D

290 42 2
                                    

Choko Yamashita duduk memangku kaki kirinya. Anting-anting berbentuk hati berwarna merah muda memantulkan cahaya matahari dari telinganya. Setelah menyikat bulu mata dengan perias wajah yang selalu dibawanya, Choko menebalkan lipstik pink cerah di bibir dan mengagumi hasilnya dipantulan cermin saku.

"Hari ini aku cantik. Hari ini Takka Sensei akan jatuh cinta padaku." Ucap Choko bagai merapalkan mantra.

"Mimpimu kejauhan." Tegur salah satu temannya.

"Kenapa? Kau iri kan tidak bisa sedekat aku dengan Takka Sensei?"

"Bukannya begitu, tapi membuat Takka Sensei jatuh cinta padamu itu sudah kejauhan."

"Ya, berbicara dengannya saja sudah cukup untukku." Timpal yang lainnya.

Choko tertawa mengejek. "Itu sih kalian. Aku ini beda level ya, berbicara dengan Takka Sensei saja tidak cukup untukku. Walau mustahil berkencan karena peraturan bodoh sekolah, setidaknya aku harus membuatnya memperhatikanku. Takka Sensei akan jatuh cinta setengah mati padaku."

"Sadarlah, Choko! Takka Sensei tidak melihat kita semua sebagai wanita. Baginya kita hanya anak-anak! Sadarlah!" Tegur Miyamura si ketua kelas yang tak sengaja mendengar percakapan Choko dan gengnya.

Choko menatap sinis kearah Miyamura. "Oh ya? Mungkin yang dia anggap anak-anak itu hanya kau! Bertanya ini-itu seperti orang goblok. Padahal memang tugasmu mencari tema festival budaya untuk kelas kita, kan?!"

"Aku tidak bisa menentukannya sendiri tanpa persetujuan wali kelas!"

"Omong kosong!" Seru Choko. Saat itu perhatian semua orang di dalam kelas sudah tertuju kepada mereka berdua. Dan Choko Yamashita senang menjadi pusat perhatian.

"Jangan munafik! Kita semua tahu kau juga menyukai Takka Sensei! Kenapa tidak mengaku saja sih? Kau ingin mendekati Takka Sensei dengan berpura-pura lugu dan lemah sebagai ketua kelas. Kau pikir aku tidak bisa melihatnya?"

"Aku tidak seperti kau!" Seru Miyamura naik pitam.

Choko tersenyum licik. "Oh ya? Lalu kenapa kau diam-diam menyelipkan surat cinta ke dalam laci kerja Takka Sensei?!"

Semua murid di kelas 2-D terlonjak. Mereka menatap sang ketua kelas dengan pandangan tidak percaya, beberapa diantara mereka menatapnya dengan tatapan menuduh dan menghakimi. "Jadi dia juga mengincar Takka Sensei?!" Bisik geng Choko dengan kesal.

"Kenapa diam saja? Bantah aku kalau memang aku salah." Tantang Choko.

Saat itu Miyamura sudah berlinang air mata, dia ingin membantah Choko, dia ingin membalas kata-kata penuh kebohongan itu. Namun dia tidak tahan melihat tatapan menuduh dari teman-teman geng Choko dan bahkan beberapa teman sekelasnya mulai berbisik sambil melirik kearahnya.

Daripada meledak di dalam kelas dan mempermalukan diri sendiri, Miyamura berusaha sekuat tenaga agar air matanya tidak keluar. Dia langsung berlari keluar sebelum semuanya terlambat.

***

Saat itu aku sedang berbicara sebentar dengan Iida Sensei yang akan masuk ke kelas 2-B untuk melakukan home room. Disaat itulah aku melihat dua orang murid bertabrakan di depan kelas 2-D.

"Ya ampun," Iida Sensei tampak cemas melihatnya juga.

"Sepertinya saya harus pergi sekarang. Sampai jumpa, Iida-san."

"Ya, sampai jumpa, Takahashi-san."

Aku segera menghampiri murid-muridku yang adalah Yume Tachibana dan Miya Miyamura. Namun sebelum sempat mendekat untuk memeriksa keadaan mereka, terlihat Miyamura menolak tangan Tachibana yang hendak membantunya berdiri.

Notice me, Sensei !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang