DUA

5K 285 40
                                    

 "Alora Helsa?" Adit mengernyit merasa mengenali nama itu. Sekian detik kemudian cowok itu tersentak kaget menyadari sesuatu. "Temen les gue, nyet."

Bryan ikut tersentak. "Temen les? Lo udah kenal dia?"

Adit mengangguk. "Tapi gak begitu deket sama gue. Cuma sesekali doang ngobrol," jelasnya. "Tuh anak pinter banget, Der. Ranking mulu di sekolahnya."

Seperti biasa, Adit memanggilnya dengan sebutan 'Ivander'. Katanya sih ingin beda dengan yang lain.

Dasar Adit. Udah kayak pacar posesif yang pengen manggil cowoknya dengan panggilan spesial.

Bryan memangut sekilas. "Ah, harusnya tadi waktu dia gue ajak ke pos ronda lo belum pulang. Biar gue lebih banyak ngobrol sama dia melalui elo."

Adit mengangkat alis. "Yaelah, Der. Entar malah gue yang jadi deket sama dia. Tadi aja lo udah jealous. Gimana kalo gue beneran sama dia? Cocok kan sama-sama inisial A."

Bryan mendengus sinis membuat Adit terbahak kali ini. Rupanya begini kalau Bryan cemburu. Padahal belum juga jadi pacar.

"Ngobrol apa aja lo sama dia tadi?"

"Gue tanya dia sekolah di mana. Terus ngobrol soal jumpa karya kemaren." Bryan mengulum bibir. "Gue gak tau mau ngobrol apa makanya gue ala-ala nostalgia aja sama dia."

Adit tertawa melihat ringisan Bryan. "Yaelah, Der. Lo ganteng ngajak ngobrol cewek gak ngotak anjir."

"Dia orangnya gimana sih, Dit?" tanya Bryan berusaha mengabaikan ledekan Adit tadi. Bryan harus fokus mencari tahu tentang Alora. Gadis itu punya semacam magnet yang membuat Bryan ingin mendekatinya begitu saja.

"Gue gak begitu deket sama Alora sih, Der. Cuma tau sekilas doang," ucap Adit. "Yang gue tau sih dia tuh pinter, pendiem, terus suka nyendiri gitu. Tapi dia tuh baik banget. Selalu mikirin temen."

Bryan terdiam mencerna kalimat Adit. Benar juga kata sobatnya itu. Alora seperti suka menyendiri. Waktu itu saja Bryan menemukan gadis itu sendirian di api unggun sewaktu bivouac, juga di ruang panitia.

"Gue jadi penasaran sama dia."

Adit menoleh, mengangkat sebelah alisnya. "Lo ngegas dia karena penasaran doang?"

Bryan ikut menoleh, agak mendelik merasa tersinggung. "Bukan gitu maksud gue. Dari awal gue emang udah penasaran sama tuh cewek. Dia yang bisa bikin gue deg-degan banget, Dit. Makanya gue jadi yakin untuk nge-gas dia."

"Kenapa lo bisa suka sama dia deh? Bukannya banyak yang lebih wow dari Alora?"

Bryan terdiam. Itulah yang menjadi pertanyaannya sendiri sampai detik ini, apa alasan dirinya yakin jatuh cinta pada Alora.

Bryan Ivander bukan cowok yang mudah tertarik sampai memperjuangkan seorang gadis. Walau banyak gadis cantik yang berusaha mendekatinya, tak ada satu pun yang membuat Bryan tertarik untuk melanjutkan ke tahap memperjuangkan.

Tapi Alora dengan sikap pendiam dan misteriusnya itu ternyata mampu membuat Bryan jadi maju memperjuangkan gadis itu.

Adit mengangkat alis melihat Bryan jadi terdiam. Cowok itu menghela napas. "Yang gue tau dari awal dia emang kesepian, Der. Alora emang pendiem, tapi dia selalu ngikutin temennya di tempat les. Cuma duduk doang ngumpul sama yang lain, tapi Alora gak ikut ngomong."

Bryan mengernyit. "Maksud lo dia butuh temen gitu?"

"Ya bisa dibilang gitu." Adit bersandar di sofa rumah Bryan. Cowok itu memang akan menginap malam ini karena besok hari Sabtu. "Lo chat dia sana. PDKT mah gak cuma pas ketemu doang tapi juga usaha chat."

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang