LIMA BELAS

2.3K 173 29
                                    

Kadang menjadi orang yang dipaksa dewasa akan sulit menemukan hal yang membuat tertawa lepas. Maka hargailah apa yang membuatmu tertawa.

****

Ketika suatu keputusan ditetapkan, maka akan ada dua hal yang terjadi. Hal buruk dan hal baik.

Sama halnya dengan Alora.

Les privat selama seminggu penuh adalah hal buruknya. Gadis itu harus duduk di balik meja dari sore hingga malam hari sementara sekolahnya masih berjalan dengan biasa meski hanya diisi dengan classmeeting dan remedial-yang tak mungkin Alora ikuti. Dan jangan lupakan lesnya setiap Sabtu yang masih harus ia ikuti karena itu adalah pertemuan terakhir di semester genap ini.

Semuanya benar-benar melelahkan.

Les privat yang dijalaninya benar-benar melelahkan, apalagi materi yang diajarkan oleh Kak Re-begitu Alora memanggilnya-adalah materi-materi persiapan masuk universitas dan bukan materi sekolah.

Tapi kabar baiknya adalah, Frans mengizinkan Alora untuk jadi panitia di jumpa karya penggalang nanti. Kelelahan Alora seolah lenyap begitu saja ketika mendengar kalimat persetujuan dari Frans. Gadis itu benar-benar senang.

Ah iya, kabar baiknya tak hanya itu. Alora juga semakin dekat dengan Bryan setelah gadis itu berani menghubunginya terlebih dahulu untuk pertama kalinya. Keduanya terus berhubungan seminggu ini. Bahkan Bryan pernah meneleponnya dua kali, meski hanya sekali yang Alora angkat.

Senyuman Alora selalu terbit ketika mengingat Bryan menelponnya malam itu setelah ia lelah belajar dengan Re.

Hari ini hari Jumat. Jam tangan Alora sudah menunjukkan pukul 15.24 WIB. Gadis itu merapikan seragam pramuka dan memperbaiki stangan lehernya terlebih dahulu sebelum meraih ransel di atas ranjang dan melangkah ke luar kamar.

Alora menghela napas singkat sebelum naik ke mobil putih yang telah menunggunya. Semoga hari ini berjalan baik.

****

Kebiasaan Bryan menunggu Alora di gerbang utama sudah tidak dilakukan cowok itu selama dua kali terhitung dari dua minggu yang lalu. Kali pertama karena keterlambatannya dan kali kedua karena cowok itu sudah menerima pesan dari Alora kalau gadis itu tidak datang ke pertemuan hari itu.

Ah, kalau mengingat hal itu Bryan rasanya ingin terbang saja. Bayangkan saja kalau gebetan kalian memberi kabar duluan. Bukankah itu hal yang menyenangkan?

Tapi hari ini, kebiasaan itu kembali Bryan lakukan. Cowok itu menunggu di gerbang utama kwarcab sejak pukul setengah empat. Senyumnya langsung terbit begitu saja ketika mobil putih dengan nomor polisi yang sangat dikenalnya berhenti di dekat gerbang utama kwarcab. Senyumnya makin lebar ketika seorang gadis berkuncir kuda turun dari sana.

Bryan yang tadinya bersandar santai di sisi gerbang utama langsung menegakkan punggungnya. Cowok itu tersenyum ketika Alora menghentikan langkah di depannya. Ah, perubahan yang cukup menyenangkan untuk Bryan karena biasanya Alora akan terus melangkah sampai Bryan menahan lengannya. Tapi kali ini, Alora sudah mau menghampirinya tanpa perlu ditahan.

"Hai, Alora," sapa Bryan. "Gimana kabar lo setelah dua minggu gak ketemu gue?"

Alora terkekeh. "Sebenernya biasa aja sih."

"Ah, gue tau lo pasti seneng bisa ketemu gue lagi." Bryan mengacuhkan jawaban kurang memuaskan dari Alora. "Ayo ke lapangan timur. Kita kumpul di situ terus selama persiapan jumpa karya."

Garis wajah Alora jadi berubah. Gadis itu melirik kanan kiri. Lapangan timur pasti sudah ramai. Kedatangannya dengan Bryan pasti akan jadi hal yang disorot semua mata nantinya. Alora tak suka menjadi pusat perhatian seperti itu.

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang