Hari ini tepat sudah 15 hari setelah Cendekia Scout Championship. Ada banyak hal yang sudah terjadi selama 15 hari ini.
Hari-hari Alora tidak jauh-jauh dari kegiatan selama ini. Lima belas hari ini Alora gunakan untuk belajar mandiri sebelum senin besok ia akan menghadapi UTS genap di sekolah. Setiap malam ia duduk di balik meja belajarnya, mengerjakan soal-soal latihan berbagai mata pelajaran, khususnya mata pelajaran MIPA. Meskipun gadis itu cukup menguasai semua mata pelajaran MIPA dengan baik, tapi tetap saja Alora mengulang-ulang materi yang sudah diberikan.
Alora masih tidak pergi ke komunitas pramuka kota sejak Monika dan Frans memberinya ultimatum. Sebenarnya Alora bisa saja nekat pergi ke sana dengan ojek online-karena Pak Muri pasti tidak akan mau mengantarnya, tapi Alora memilih tidak melakukannya. Monika dan Frans berpotensi untuk mengetahui kenekatannya itu dan akhirnya memberi ultimatum yang lebih keras.
Cukuplah ponselnya saja yang disita, jangan sampai gitar dan laptopnya juga ikut diambil.
Ah, ngomong-ngomong soal laptop, selama kurang lebih dua minggu ini Alora menggunakan benda itu lebih lama dari sebelumnya. Semenjak kedatangan Bryan ke SMA Cendekia hari itu dan meminta Alora membalas DM instagramnya, keduanya jadi kembali akrab lagi.
Setiap jam 7 malam, Alora duduk di meja belajar dengan laptop terbuka di hadapannya. Gadis itu bisa menghabiskan waktu lebih dari dua jam untuk chat dengan Bryan melalui laptopnya. Cowok itu benar-benar membuatnya lupa waktu.
Bryan bahkan juga berhasil membuat Alora tersenyum sepanjang hari hanya karena mengingat pesan-pesan yang dikirimkan cowok itu padanya. Ah, Alora ternyata bisa merasakan dimabuk cinta.
Jatuh cinta membuat bisa membuat orang jadi gila, tanpa pandang bulu. Buktinya, Alora-gadis pintar yang terkenal pendiam itu-bisa menjadi orang yang suka menggigit bantal untuk meredam jeritan karena pesan-pesan yang dikirimkan Bryan.
Jam menunjukkan pukul 6 sore ketika Alora keluar dari kamar mandi dengan pakaian tidurnya. Gadis itu merapikan rambut panjangnya, lalu melangkah ke meja belajar, merapikan buku-buku yang ada di sana. Alora menyiapkan laptopnya di atas meja belajar setelah semuanya rapi.
Padahal masih ada satu jam lagi sebelum pukul 7 yang bisa ia gunakan untuk mempersiapkan laptop. Alora sepertinya benar-benar tidak sabar menunggu jam menunjukkan pukul 7 malam. Semua gadis yang ada di posisi Alora juga pasti akan melakukan hal yang sama. Siapa juga yang tidak sabar menunggu untuk chatting dengan gebetannya-apalagi yang seperti Bryan.
Alora tak langsung duduk di balik meja belajarnya. Gadis itu bersandar di kepala ranjang. Ia tak bisa menyembunyikan senyuman yang terlukis di wajahnya. Gadis itu benar-benar bahagia ketika bisa mengingat momennya bersama dengan Bryan beberapa hari ini. Rasanya agak konyol ketika keduanya kembali sering chat seperti dulu.
Memang sih Alora tidak lagi bisa bertemu dengan cowok itu di setiap hari Jumat. Sejujurnya Alora memang rindu bertemu dengan cowok itu di komunitas pramuka kota. Apalagi keduanya selalu duduk bersama di pos ronda tiap selesai pertemuan.
Melalui chat mereka selama beberapa hari ini, Bryan menjelaskan semua yang terjadi pada Alora. Cowok itu menjelaskan mengenai dirinya yang berfoto berdua dengan Viola hingga membuat gosip di Cendekia Scout Championship kemarin. Alora benar-benar lega ketika mengetahui bahwa Viola-lah yang memaksa Bryan untuk berfoto bersama dengannya meski Bryan sempat menolak ajakan itu.
Gue emang males kalo diajak foto berdua sama cewek. Pasti gue tolak. Kecuali kalo lo yang minta. Pasti gue mau.
Ujung bibir Alora tertarik lebih lebar mengingat kalimat Bryan hari itu. Ah, cowok itu selalu berhasil membuatnya tersenyum sendiri seperti orang gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...